Identitas Buku
Judul : Bijak itu Bajik “Perjalanan Mencari Arti Hidup”
Pengarang : ASA Arief
Penerbit : Padmedia
Tahun terbit : 2022
Tebal : xii + 180
Ukuran buku : 14 x 20 cm
ISBN : 978-623-5654-10-2
Pendahuluan. “Bekerja itu seperti menyetir mobil. Kita harus tahu kapan menginjak gas, kapan belok, kapan mengerem dan kapan berhenti, Jangan karena sedang asyik ngebut, kita menekan gas terus sehingga tempat tujuan terlewatkan. Lebih celaka lagi jika baru bisa berhenti saat mobil mogok atau kehabisan bensin.”
Daya tarik buku ini. Menyimak judulnya saja, buku yang ditulis oleh ASA Arief ini sangatlah menarik. Di dalamnya berisi tentang nilai-nilai kehidupan atau kepemimpinan dengan segala perjuangan dan perjalanan panjangnya.
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kemauan untuk menggalang orang lain menuju ke suatu tujuan dan suatu karakter yang menginspirasi keyakinan. Kepemimpinan tidak lepas dari karakter yang didasari oleh nilai-nilai kehidupan dan kemauan untuk mengembangkan diri.
Buku ini berbicara tentang kepemimpian dan nilai-nilai kehidupan yang sangat inspiratif dan memotivasi dipadu dengan pengalaman hidup yang patut ditiru dan menjadi teladan kehidupan.
Setidaknya dengan terbitnya buku ini pembaca banyak mendapatkan insight yang mendalam tentang makna kedhidupan dan kepemimpinan.
Mendulang isi buku. Secara keseluruhan, buku ini dibagi ke dalam 5 Bab dimulai dengan sebuah hidup baru kemudian dilanjutkan dengan pesan moral marah adalah sekolah. Di tengahnya mengupas tentang dipaksa berubah.
Kemudian puncaknya membahas bijak itu bajik dan diakhiri dengan pemaknaan dan beberapa kisah penuh hikmah tentang bijak itu indah.
Memulai dengan sebuah hidup baru apa saja yang perlu dilakukan? Setidaknya ada 4 hal.
Pertama, penguatan keimanan. Selama ini umumnya kita dengan alasan klasik tidak ada waktu, sibuk rapat, pulang kerja sudah capek dan alasan lainnya rasanya kali ini belum terlambat untuk membayarnya tidak hanya sekolahnya namun yang lebih penting amalan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, keluarga. Sadar atau tidak sadar bahwa sudah terlalu lama kita menomorsekiankan anggota keluarga (istri/suami, anak, cucu dan anggota keluarga lainnya) sehingga perlu mulai bergeser memperhatikan mereka, mendengarkan cerita dan keluh kesah mereka serta mengikutinya dengan tulus ikhlas dan senang hati.
Ketiga, lingkungan sosial. Kumpul bareng dengan tetangga dan olahraga bersama belumlah cukup kalau hal itu karena tugas secara formal. Coba cek kembali apakah ada kerabat dekat yang membutuhkan uluran tangan kita.
Keempat, diri sendiri untuk tetap dan terus menjaga kesehatan, menyalurkan hobi, bertadabur alam, bersosialisasi dan memperbanyak nutrisi raga, pikiran dan jiwa.
Dalam waktu yang bersamaan yang tak kalah menariknya adalah proses pembelajaran tentang marah adalah sekolah yang diurai dengan pengalaman ketika bertugas ada atasan yang pemarah dan bagaimana meladeninya kemudian memegang filosofi Jawa Sing Waras Ngalah dan akhirnya pentingnya menata kemarahan itu sendiri.
Dalam buku ini juga mengupas pemaknaan dipaksa berubah yang merupakan pengalaman kehidupan terutama ketika pandemi covid-19.
Ada 3 hal yang bisa membentuk sebuah kebiasaan baru.
Pertama, pengulangan yang menurut riset perlu 66 hari untuk mengubah suatu perbuatan menjadi kebiasaan baru.
Selain itu yang kedua, kesadaran untuk berubah didukung tekad untuk melakukannya sehingga terjadinya covid-19 memberi pembelajaran betapa pentingnya hidup yang bersih dan sehat.
Kemudian yang ketiga adalah keterpaksaan dengan adanya peraturan atau konsekuensi hukum yang diberlakukan.
Bijak itu bajik. Dengan menganalogikan menjual suatu produk biasanya dengan menonjolkan keunggulan produk atau pemberian diskon dan lainnya. Di sisi lain menjual values dilakukan dengan prinsip berbagi sehingga merasakan keyakinan bahwa produk tersebut bernilai dan bermanfaat.
Ada 3 tahapan menjual values ini.
Pertama, pahami dan dalami arti values. Kedua, tunjukkan profesionalitas dengan mewarnai kepemimpinan dan manajemen dengan basis integritas. Ketiga, menjadi role model atau teladan dalam menerapkan values, baik dalam bekerja maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Bijak itu indah. Jadikanlah diri kita orang yang matang emosi terlebih dahulu dengan cara melatih diri dan hati dengan 4 cara. Pertama, perbanyak memberi dan meminimalkan meminta.
Dengan banyak memberi akan mengangkat sifat egosentris sedikit demi sedikit. Kedua, sukses kita adalah sukses tim dan organisasi.
Seringlah memberikan apresiasi, feedback dan reward kepada anggota tim. Ketiga, buka jalan seluasnya kepada anggota tim untuk lebih sukses dan berkembang. Ibarat seorang ayah yang matang emosinya akan membanggakan anak dan keluarganya. Keempat, membuat program dan melakukannya secara konsisten dengan penuh kesadaran dan ikhlas mencapai tujuan bersama anggota tim.
Hindari prinsip hidup dengan kalkulator gaji agar kita tidak menyandarkan hidup kepada hitung-hitungan matematika saja.
Gunakan prinsip hidup menggunakan kalkulator rezeki yang menyakini di luar gaji masih banyak rezeki yang lainnya sebagai imbalan karena telah bekerja lebih. Rezeki itu bisa berupa kepuasan hati karena telah memberikan manfaat lebih banyak bagi orang lain atau organisasi.
Kesimpulan. Pesan moral dan harapan di akhir buku ini dipertegas bajik memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar baik.
Yang termudah untuk memahaminya adalah ibarat perbuatan anak yang shaleh kepada orang tuanya (birrul walidayn) bahwa berperilaku kepada orang tua tidak cukup dengan baik saja tetapi juga dengan benar.
Dalam ajaran Islam bahwa kata “birrun” mempunyai unsur antara lain iman dalam dimensi yang lebih lengkap, jiwa sosial, mendirikan shalat, menepati janji dan bersabar.
Selayaknya kita memohon maaf kepada orang tua, karena kita tidak akan pernah bisa sepenuhnya membalas segala laku bijaksana yang senantiasa penuh dengan kebajikan.
Semoga kehadiran buku ini dapat menginspirasi dan memotivasi kita untuk melanjutkan hidup semata mengharap ridha Ilahi. Selamat membaca dan berselancar jiwa. Bijak itu bajik.
(Suradi-PC Tangsel)-FR *