(iphi.web.id)-Arafah, berarti mengenal/mengetahui. Dalam literature sejarah Islam, awal dinamakan Arafah karena Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terpisah ratusan tahun sejak diturunkan ke bumi. Keduanya saling merindukan dan mencari, sampai pada akhirnya keduanya dipertemukan.
Tempat pertemuan keduanya yang dilanda kerinduan dinamakan Arafah (pertemuan kembali).
Kisah lain, Nabi Ibrahim usai membangun Baitullah, Jibril mendatangi beliau mengajarkan tata cara berManasik Haji. Setelah melaksanakannya, Jibril mengatakan pada Ibrahim, “Apakah kamu mengerti?” Jawab Ibrahim, “Araftu (aku tahu).” Dari lafazh ini ulama’ memberi nama “Arafah”.
Versi lain, Arafah bermakna berbeda dengan makna kedua kisah itu. Ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas. Menurut beliau, dinamakan Arafah karena tempat ini tempat berkumpulnya manusia yang mengakui dosa dan kesalahannya.
Pendapat yang kedua melihat dari sudut pandang awalnya dilaksanakan Manasik Haji oleh Nabi Ibrahim dan Jibril AS, Ibrahim mengatakan ‘Aroftu..’Aroftu (Aku tahu). Pendapat terakhir dari hakikat ibadah haji pada 9 Zulhijjah jama’ah haji berkumpul, mohon dan mengakui dirinya penuh dosa, hingga memohon (maghfirah) ampunan atas dosa2nya ditempat yang disebut Arafah.
Arafah tempat istimewa, tiap tahun tanggal 9 Dzulhijjah duta2-Nya (wafdullah) kumpul dan bermunjat berharap pengampunan dan ridho-Nya. Malaikat2 berkumpul mengawasi tamu2 Allah yang memenuhi panggilan-Nya. Hakekatnya, haji itu Arofah, berdasar hadist nabi : “ Al-Hajju Arafah” artinya “Haji itu Arafah ” (Musnad Imam Ahmad nomor 18796).
Pada tanggal itu, sejak matahari tergelincir, Arafah jadi puncak kegiatan semua jama’ah haji. Pada hari itu Allah SWT melimpahkan maghfirah, ‘inayah serta ridha-Nya. Tidak ada do’a yang dipanjatkan oleh wafdullah, kecuali pasti diterima Allah SWT.
Diceritakan dari Amr bin Abdillah bin Sofwan, bahwa Yazid bin Syaiban berkata, “Kami dulu mengerjakan wukuf di Arafah di tempat jauh dari Mauqif. Ibnu Mirba’ Al-Anshari mendatangi kami sdan berkata, “Aku adalah utusan Rasul SAW untuk kamu. Hendaklah kamu berada di Masy’ar kamu, sebab kamu tengah melaksanakan salah satu warisan dari bapak kamu Ibrahim AS.” (Sunan Nasa’i: V/255).
Kewajiban Wukuf di Arafah .
Wukuf itu berdiam diri di Arafah ketika matahari tergelincir hingga terbenam. Arafah pada 9 Dzulhijjah. Kisah menarik seputar haji Rosul SAW. Seorang sahabat : Abdurrahman bin Ya’mur mengatakan: “Aku bersama Rasul SAW ketika sekelompok orang mendatangi beliau. Mereka tanya ke beliau mengenai manasik haji.
Rasul SAW bersabda, “(Puncak) ibadah haji itu Arafah, siapa mendapati malam Arafah sebelum terbit fajar dari malam Jama’ (Idul Adha), maka sempurnalah hajinya.” (Sunan Nasa’i: V/256). Siapa berhaji tapi tidak wukuf di Arafah, maka hajinya tidak sah. Otomatis hajinya berubah jadi umroh. Di Hadits lain, dari Ibnu Abbas ra, Usamah bin Zaid berkata: ”Rasul SAW bertolak dari Arafah aku membonceng beliau.
Lalu beliau menarik tali kekang untanya sehingga kepalanya hampir menyentuh bagian depan pelananya. Beliau SAW bersabda, “Wahai manusia, kalian harus tenang dan berjalan perlahan, sebab kebajikan itu tidak terdapat pada tindakan mempercepat unta.” (Sunan Nasa’i: V/257).
Untuk itu jamaaah haji yang menunaikan ibadah haji hendaknya hati2, dan memaksimalkan ibadah hajinya selama di Makkah. Dan tidak lupa, karena doa di Makkah, Madinah, khususnya di Arafah pada waktu wukuf, mendoakan rekan, kerabat, tetangga, serta keluarga agar selalu dalam kebaikan, istikomah dalam ibadah.
Serta diperkenankan bisa menunaikan ibadah haji dan berziarah ke Makam Rosul SAW. Tidak sempurna sebagai umat, jika belum menunaikan ibadah haji. Sebagai umat islam, minimal berniat menunaikan ibadah haji. (MyIndo; Bahan dari : http://www.iphi.web.id/2016/01/29/merasakan-dahsyatnya-wukuf-di-arafah/)-FatchurR
