Kejutan kue HUT
Berikut adalah pengalaman seorang pensiunan : Hari itu adalah HUT saya yang ke-66. Teringat pada peristiwa 11 tahun sebelumnya, ketika istri bersama anak-anak tercinta membuat acara kejutan merayakan HUT saya yang ke-55 tahun. Sebuah kejadian unik yang sulit terlupakan sehingga istri saya (EA) menulis ceriteranya dan dimuat di sebuah majalah wanita dibawah ini :
Kue ulang tahun pembakar kumis
Hari itu, aku dan anak-anakku bersepakat untuk mengadakan acara keluarga, menyambut hari ulang tahun Papa, suamiku. Dua potong lilin berbentuk angka 55 kutancap di tengah kue tart yang dihiasi dengan lilitan tulisan “Happy Birthday”.
Kami ingin merayakan ulang tahunnya yang ke-55. Selain kue HUT, aku sudah menyiapkan juga nasi tumpeng dan beberapa makanan kesukaannya. Aku berharap dia dapat menikmati dan merasa bahagia pada ulang tahunnya kali ini yang jarang sekali dirayakan dengan nasi tumpeng dan kue tart.
Menjelang maghrib, suamiku tiba di rumah dari kantor. Dia tidak menduga kalau aku dan anak-anak di rumah menyiapkan acara kejutan untuknya. Sebuah acara yang sederhana tapi dikemas dalam nuansa kasih-sayang yang dipersembahkan untuknya , sang-nakhoda perahu keluarga.
Suamiku nampak surprise dengan acara kejutan yang kami suguhkan. Kamipun sungguh diliputi rasa haru , bangga dan bahagia tatkala dia dengan wajah ceria dan bersemangat serta dengan gaya banyolnya bersiap meniup lilin ulang tahunnya. Di atas cahaya lilin tampak raut mukanya yang sudah mulai menua dan rambutnya bercampur uban memutih.
Sejenak aku termenung. Sungguh tidak terasa, waktu telah berjalan lebih seperempat abad lamanya. Sudah 29 tahun dia menjadi suamiku tercinta dan menjadi ayah kebanggaan anak-anakku. Selama itu pula kami telah mengayuh biduk keluarga, mengarungi lautan luas dunia kehidupan yang penuh dengan dinamika dan romantika. Perahu kami tetap laju berlayar dengan semata berbekal muatan jalinan kasih dan sayang diantara kami. Kini usia dia termasuk aku rasanya telah mendekati ambang awal kehidupan manula?. Ya Allah, aku bersyukur atas segala nikmat, rachmat dan hidayah-Mu kepada kami sekeluarga.
Aku tersentak dari renunganku ketika anak-anakku serempak bertepuk tangan seraya bernyanyi “ Happy birthday to you… happy birthday papa…. tiup lilinnya sekarang juga”. Dia menunduk mendekatkan mulutnya meniup api lilin. Tapi apa yang terjadi!. Sebelum api padam, entah apa sebabnya tiba-tiba lidah api lilin membesar dan menjilat mulut dia.
Diapun terkejut seraya panik menggosok-gosok mulutnya. Tercium aroma rambut terbakar. Benar juga nampak dia meringis lucu sambil menunjukkan sebagian kumis lebatnya yang cuil dan mengeringting terbakar api. Kamipun hanya bisa melongo lalu tertawa terpingkal-pingkal. Diapun dengan tersenyum haru membentangkan kedua tangannya untuk menerima pelukan dan ciuman dari aku dan anak-anaknya.
Terasa hangat beberapa tetes air mata mengalir dipipinya. Sehangat getaran hatinya yang berbahagia. Betapa terasa sejuk aku dan anak-anakku dalam pelukannya yang penuh kedamaian. Sungguh kami bangga, walaupun tahun depannya dia akan mulai menjalani masa pensiun, semangat melindungi dan mengayomi keluarganya tidak pernah sedikitpun surut. Kami semua berdoa dan berseru semoga panjang umur dan selalu dalam lindungan-Nya . “Happy birthday my lovely Papa”.*** (Mei 2001-18 Mei 2012; IMS; Oleh : Elly Andini Imam S)