Itu hak dia
“Jika ada orang yang membenci anda. Entah kamu benar atau salah ! Itu hak dia ! Walaupun dia tidak tahu siapa kamu sebenarnya. Tetapi yang perlu disadari janganlah membalas dengan kebencian. Terimalah dengan senang hati karena kita bisa dibencinya. Sebab secara tidak langsung dia sudah kalah satu point dari anda. Dia yg membencimu itu sudah merusak hatinya sendiri.”
Di dunia ini disadari atau tidak, penghuninya ada para pembenci, pedengki dan pengiri. Namanya orang benci, dengki dan iri tentu tidak melihat kita benar atau salah. Lha wong yang benar saja dibenciin, didengkiin, dan diiriin apalagi yang salah.
Itulah kehidupan…Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalani. Orang lain yang mengomentari dengan sesuka hatinya. Satu hal janganlah sampai kita turut terbawa di dalamnya. Ya, membuat orang lain menyukai dengan diri kita tidaklah gampang. Tidak semudah membalikan tangan. Begitu pun merubah rasa benci menjadi rasa suka bukan pula perkara remeh atau sepele.
Ibarat secangkir teh bila dituangkan segenggam gula dari tangan tetap saja masih ada rasa kecut dan pahitnya (masih terasa teh). Semua tak mudah dihilangkan. Begitu juga rasa benci oleh orang lain kepada diri kita.
Tidaklah mudah melakukan anjuran dan meninggalkan larangan. Orang yang dibenci tentu selalu punya emosi untuk balik menyerang. Membalas. Saat itu logika tak main. Hanya nafsunya yang didahulukan. Karena itulah penerimaan lebih kuat daripada aspek pengendalian diri. Dan karenanyalah Allah murka kepada orang-orang yang tidak sanggup menerima ketika dia mengharuskan mereka menerima.
Sebab, kebencian orang lain memang perlu dan butuh penerimaan yang tulus, ihklas dan sabar serta legowo. Bukan yang dinamakan penerimaan yang direkayasa. Bukan penerimaan yang sengaja diciptakan membuat orang lain untuk selalu membenci agar kita mendapatkan kebaikan dari perlakuan buruk itu. Bukan itu yang dimaksud.
Memang realita kehidupan kita tidak selalu dihuni oleh orang-orang yang berhati iblis. Tetapi masih ada yang berjiwa malaikat. Karena itulah sebelum diri mendapati di sediakan selalu ruang di hati untuk dibenci oleh mereka. Para pembenci, pedengki dan pengiri.
Halnya memadamkan percik api benci dan dendam tidaklah mudah. Tetapi yang lebih penting lagi setelah itu, kebencian dan dendam itu dihapuskan dengan kita terima dengan legowo dan memberi mereka maaf. Karena sikap itulah yang akan mengantarkan kita kepada surganya Sang Khalik.
Allah swt berfirman dalam hadits Qutsi : “Siapa yang tidak sanggup bersabar menerima ujian-Ku, maka hendaklah dia keluar dari kolong langitku……………..” (Pak Oto)-FR