Ngantuk dengan Helm
Surabaya – Dua mahasiswa Program Kekhususan Teknik Manufaktur FT Universitas Surabaya (Ubaya), Kristiawan Manik dan Ricky Nathaniel Joevan menciptakan helm anti-kantuk praktis, murah dan tidak mengubah bentuk helm.
“Helm anti kantuk itu telah ada, mahal, karena menggunakan gelombang saraf otak, sedang helm anti-kantuk buatan kami memanfaatkan denyut nadi,” kata Ricky didampingi Kristiawan di kampus setempat, Senin (25/8).
Menurutnya, helm anti-kantuk memanfaatkan gelombang saraf otak itu lebih dari Rp 10 Juta. Alat buatan tim Ubaya : Anti-Drowsing System (Androsys) Rp 500.000. “Awalnya, kami dapat tugas mata kuliah Design Project dari, Sunardi Tjandra ST MT, lalu kami cari ide. Dari nonton TV berita kecelakaan lalin, penyebab utamanya didominasi kantuk,” katanya.
Ia menjelaskan Androsys memanfaatkan denyut nadi sebagai sensor kantuk seseorang ketika mengemudi. “Denyut nadi seseorang itu normalnya 80 denyut per menit dan kalau lebih rendah dari itu berarti orang itu mengantuk,” katanya.
Meski denyut nadi normal adalah 80 denyut per menit, namun denyut nadi mengantuk pada setiap orang bisa berbeda. “Bisa saja ada orang yang mengantuk pada 60 denyut per menit, tapi alat itu bisa disesuaikan dengan ukuran setiap orang,” katanya.
Cara kerja Androsys bermula dari alat sensor (mikro-kontroler) untuk ukuran denyut nadi pengemudi kendaraan yang tidak sampai 80 denyut permenit dan terpasang pada bagian tubuh seseorang yang memiliki urat nadi.
“Bisa saja dipasang pada leher, tapi nantinya akan kami hubungkan dengan tali helm untuk mendukung program safety riding dari kepolisian, lalu alat sensor ini menghasilkan output untuk vibrator yang terpasang pada batok kepala dari helm dan akhirnya bergetar secara berkala untuk mencegah kantuk seorang pengemudi,” katanya.
Ia mengatakan vibrator itu dipasang pada bagian dalam helm (di atas kepala) melalui pelubangan kecil tanpa mengurangi fungsi keamanan helm standar. “Produk kami itu mendapat dana hibah Rp 9,5 Juta dari Kemendikbud melalui PKM-KC (Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta),” katanya.
Namun, produknya tidak terpilih untuk mengikuti PIMNAS 2014 di Semarang, lalu dirinya mengikutsertakan produk itu dalam “International Invention Inovation and Design (IIID)” di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Segamat, Johor, Malaysia, 20 Agustus.
“Hasilnya, produk kami dinyatakan sebagai temuan baru dan sukses dinobatkan menjadi peraih medali emas untuk kategori Invention. Itu jauh melebihi target kami. Harapannya, kami akan mengembangkan Androsys untuk pengemudi bus dan truk yang sering jalan malam,” katanya.
Menanggapi prestasi mahasisnya, dosen pembimbing Sunardi Tjandra menilai keunggulan Androsys pada harga yang murah dan tidak mengubah struktur helm. “Produk mereka juga dibutuhkan pasar saat ini,” katanya. (Penulis: /EPR; Sumber:Antara dan http://www.beritasatu.com/sains/205135-helm-antikantuk-made-in-ubaya.html)-FatchurR