Memupuk prestasi anak2
Kita sudah sering mengikuti laporan prestasi dunia dari Pelajar dan Mahasiswa kita di forum regional dan internasional. Di bawah ini suatu laporan lagi, tentang kejutan pelajar Purwakarta dalam Sepakbola Dunia di Brasil, yang meludeskan favorit juara Afrika Selatan, Perancis, dll.
Singkatnya, sebaiknya tidak meremehkan Anak Bangsa Indonesia dalam segala bidang. Hanya para pembinanya saja yang harus berusaha keras, kerja lebih keras meraih cita-cita bidang yang ditekuni. (Salam, AphD)-FR
Berikut berita dari sumbernya :
Anak2 Indonesia di arena sepakbola internasional, di berbagai olympiade sains internasional (fisika, matematika, biologi dsb), sering keluar sbg jago2. Bagaimana mempertahankan kejagoannya ini sampai dewasa ? Tanya kpd Jokowi? (Melkindabudihardjo)
Kamis, 27 November 2014 | 11:41 WIB; PURWAKARTA, KOMPAS.com-Belum lama ini, Sao Paulo, Brasil, dikejutkan oleh 12 anak-anak kampung dari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang berlaga untuk mewakili Indonesia (Garuda Muda) dalam final Danone Nations Cup (DNC) 2014.
Mereka disebut “Superkids Indonesia” karena postur tubuh kecil. Meski berpostur kecil, mereka mampu membungkam grup2 raksasa persepakbolaan dunia, seperti Afrika Selatan, yang 2x membawa Piala DNC, atau Perancis, yang berhasil dikalahkan anak-anak ini lewat drama adu penalti. Padahal, selama ini, Perancis adalah tim yang paling disegani dan ditakuti di DNC 2014.
“Saat awal datang ke Brasil banyak yang kurang peduli terhadap Garuda Muda Indonesia karena tubuh mereka kecil. Tapi, begitu berhasil mengalahkan Afrika Selatan, terutama Perancis, mereka terkesima. Bahkan, pelatih Perancis menjuluki anak-anak ini ‘Superkids Indonesia’, yang diikuti oleh tim lainnya memanggil ‘Superkids Indonesia’,” ujar pelatih M Ramdan, Rabu (26/11/2014).
Meski anak-anak ini begitu terkenal dalam persepakbolaan dunia, belum banyak masyarakat Indonesia yang mengenalnya. Anak-anak ini tergabung dalam sekolah sepak bola (SSB) asal Purwakarta, Jawa Barat, Asad 313 Purwakarta, asuhan Manajer Alwi, pelatih M Ramdan, dan Kepala SSB Asad, Ahmad Arif Imamulhaq.
Belasan anak ini terkumpul atas tekad Alwi mengumpulkan anak-anak pelosok di Jawa Barat yang berpotensi dalam sepak bola. Alwi ingin anak-anak kurang mampu dan tidak memiliki akses terhadap SSB ikut bergabung dan berlatih bersama untuk menyalurkan kemampuannya. Tekad Alwi ini ditangkap oleh pelatih M Ramdan. Tak berapa lama, M Ramdan pun mulai berkeliling untuk melakukan pencarian.
“Saya mencari ke beberapa tempat, seperti pelosok Purwakarta, Karawang, Subang, hingga Kabupaten Bandung Barat (KBB). Ternyata saya mendapatkannya memang dari pelosok, seperti Subang dari Purwodadi, KBB dari Saguling, dan Karawang dari Teluk Jambe,” ucap Ramdan.
Dari pencariannya, Ramdan berhasil mengajak lima anak dari Purwakarta untuk bergabung, dan sisanya dari KBB, Subang, dan Karawang.
“Mereka rata-rata dari keluarga kurang mampu, seperti Yadi Mulyadi, yang berhasil menjadi pemain terbaik nasional, ia cucu dari petani. Begitu pun dengan Reynaldi Saela Hakim, anak dari pegawai honorer TU salah satu SMP,” ungkapnya.
Meski mereka kurang mampu, semangat mereka sangat besar. Keinginan, kerja keras, motivasi, dan mental mereka layak diacungi jempol. Mereka tak pernah mengeluh dengan jadwal latihan yang padat. Malah, adakalanya, mereka menambah waktu latihan mereka masing-masing untuk satu tujuan, mengharumkan nama Purwakarta, Indonesia, dan tentunya orang-orang yang mereka sayangi.
Sebelum terbang ke Brasil, mereka mengikuti sejumlah turnamen sepak bola tingkat lokal dan regional. Dari 16 kali turnamen, Asad Purwakarta memenangkan 11 turnamen dan di tingkat nasional, Asad berhasil mengantongi juara Danone Cup. Kemenangan ini sekaligus mengantarkan mereka ke kejuaraan internasional pertamanya di Sao Paulo, Brasil, 14-16 November 2014 lalu.
Dalam laga internasional pertamanya, Asad berhasil membungkam lawan-lawan tangguh dari Afrika Selatan (dua kali juara turnamen DNC), mengimbangi Meksiko 1-1, dan menekuk Belgia 2-0. Di babak 16 besar, Garuda Muda Indonesia ini menyingkirkan juara bertahan Perancis lewat adu penalti. Asad harus menghentikan permainannya di babak delapan besar dan membawa pulang peringkat tujuh sepak bola dunia 2014.
Sekolah bersama
Untuk menjaga kekompakan dan mempersiapkan klub yang lebih besar, anak-anak tersebut kini difasilitasi Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi untuk belajar di sekolah yang sama, yakni SMPN 6 Purwakarta. Sekolah tersebut dipilih Bupati karena lokasinya yang dekat dengan asrama anak-anak itu.
Semua biaya pendidikan tim Asad akan ditanggung Pemkab Purwakarta hingga 10 tahun ke depan. Tak hanya itu, dalam waktu dekat, M Ramdan akan mencari bibit unggul sepak bola ke seluruh Indonesia dengan proses seleksi. “Targetnya terkumpul 33 anak,” katanya. (AphD; Penulis: Kontributor Bandung, Reni Susanti; Editor: Caroline Damanik; http://regional.kompas.com/read/2014/11/27/11411691/Datang.dari.Desa.Superkids.Indonesia.Bungkam.Juara.Dunia)-FR