Perempuan kulit hitam
Ada Wanita kulitnya hitam. Wajahnya jelek, dijodohkan dengan seorang lelaki, tampan..
Setelah bertemu wanita itu. Lelaki td sejenak ragu. Sanggupkah ia menjalani keputusannya?
Tetapi karena itu permintaan dari kedua orang Tuanya, dia tdk dpt menolak & memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu, apapun resikonya.
Suatu saat perempuan itu berkata padanya, “Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri.”
Tapi lelaki itu malah menjawab, “Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu.
Aku tak kan menikah lagi.” Semua orang terheran-heran.
Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa.
Bertahun-tahun kemudian orang2 menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki itu menjawab dengan enteng,
“Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku.
Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku.
Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik.”
Begitulah cinta ketika ia terurai jadi perbuatan. Ukuran integritas cinta adalah ketika cinta bersemi dalam hati… terkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…
Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata
Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; Akarnya terhujam dalam hati, Batangnya tegak dalam kata, Buahnya menjumbai dalam perbuatan.
Kecantikan lahiriah tidak akan abadi, lambat laun akan berubah tetapi Inner Beauty akan abadi selamanya. (Iin Indira; http://kebahagiaan-islam2016.blogspot.com/2015/02/cinta_25.html)-FR