Tentang Rejeki Allah
Seorang ulama dari Suriah bercerita tentang do’a yg selalu ia lantunkan. Ia selalu mengucapkan do’a :
“Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada bughats.” Apakah “bughats” itu…? Dan bagaimana kisahnya…?
“Bughats” adalah anak burung gagak yg baru menetas. Burung gagak ketika mengerami telurnya akan menetas mengeluarkan anak yg disebut “bughats”. Ketika sdh besar dia menjadi gagak (gurab). Apa beda bughats & gurab…?
Terbukti secara ilmiah, anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya, karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih. Di saat induknya menyaksikannya, ia tidak terima itu anaknya, hingga ia tidak mau memberi makan dan minum, lalu hanya mengintainya dari kejauhan saja.
Anak burung kecil malang yang baru keluar dari telur itu tidak mempunyai kemampuan banyak bergerak, apalagi terbang. Lalu bagaimana ia makan dan minum…? Allah Yang Maha Kuasa & Maha Pemberi Rezeki yang menanggung rezekinya, karena Dialah yang telah menciptakannya.
Allah menciptakan AROMA tertentu dari tubuh anak gagak yang dapat mengundang datangnya serangga ke sarangnya. Lalu berbagai macam ulat & serangga berdatangan sesuai kebutuhan anak gagak, & ia pun memakannya. Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah hitam, karena bulunya tumbuh.
Ketika itu barulah gagak tahu itu anaknya, & ia pun berinisiatif memberi makan anaknya hingga tumbuh dewasa & bisa terbang mencari nafkah sendiri. Secara otomatis aroma yg keluar dari tubuhnya hilang & serangga2 tidak berdatangan lagi ke sarangnya.
Dia-lah Allah Ar Razzaq Yang Maha Pemberi Rezeki. “Kamilah yg mem-bagi2kan penghidupan dalam kehidupan di dunia ini.” (QS. Az-Zukhruf : 32). Rezeki tak selalu berupa harta. (Rikamal H; dari grup WA-78) –FR
—
Sajian IBO lainnya : ISRA MIRAJ Dalam Tinjauan SAINS
QS Israa’ (17):1–Maha Suci Allah, yang memperjalankan hamba-Nya suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami Perlihatkan sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Kata memperjalankan bermakna perjalanan luar biasa itu bukan kehendak rasul, tapi kehendak Allah. Malaikat Jibril sengaja dipilihNya mendampingi perjalanan rasul mengarungi alam semesta, karena Jibril adalah makhluk langit ke-7 yang berbadan cahaya. Dengan badan cahayanya itu, Jibril bisa membawa rasulullah melintasi dimensi2 yang tak kasat mata.
Selain itu perjalanan mereka disertai Buraq. Ia makhluk berbadan cahaya berasal dari Alam malakut yang dijadikan tunggangan selama perjalanan itu. Buraq berasal dari kata barqun berarti kilat. Ketika menunggang buraq itu mereka bertiga melesat dengan kecepatan cahaya 300.000 km/detik.
Kecepatan setinggi itu TIDAK BISA dilakukan sembarang benda. Hanya sesuatu yang SANGAT RINGAN saja yang bisa memiliki KECEPATAN yang demikian tinggi itu. Bahkan karena sangat ringannya, maka sesuatu itu harus TIDAK MEMILIKI MASSA atau BOBOT sama sekali.
Jika sesuatu itu berbobot, meskipun hampir nol, ia tidak bisa mengalami kecepatan cahaya. Yang bisa melakukan kecepatan itu cuma PHOTON, yaitu kwantum2 penyusun cahaya. Bahkan elektron yang bobotnya dikatakan hampir nol pun tidak bisa memiliki kecepatan setinggi itu.
Di sinilah muncul PROBLEM, dalam menjelaskan ISRA. Malaikat Jibril dan Buraq adalah makhluk cahaya, yang badannya tersusun dari PHOTON2, yang RINGAN. Karena itu tidak mengalami kendala bergerak dengan kecepatan tinggi. Tapi Rasulul adalah manusia. Badannya tersusun dari ATOM2 KIMIAWI, yang berbobot.
Salah satu skenario rekonstruksi mengurai problem di atas dengan teori annihilasi. Teori ini mengatakan tiap materi (zat) memiliki anti materi. Jika materi dipertemukan / direaksikan dengan anti-materinya, maka kedua partikel itu lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gamma.
Hal ini dibuktikan di Lab Nuklir, jika ada partikel proton dipertemukan dengan anti-proton, atau electron-positron (anti-elektron), maka kedua pasangan partikel ini LENYAP dan memunculkan dua buah SINAR GAMMA, dengan energi masing2 0,511 MeV untuk pasangan partikel elektron, dan 938 MeV untuk pasangan partikel proton.
Sebaliknya, jika ada seberkas SINAR GAMMA yang memiliki energi sebesar itu DILEWATKAN medan inti atom, maka tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi dua buah PASANGAN PARTIKEL seperti di atas. Hal ini menunjukkan bahwa MATERI memang BISA DIUBAH menjadi cahaya dengan cara tertentu, yang disebut sebagai REAKSI ANNIHILASI.
TEORI ini bisa kita gunakan untuk menjelaskan proses perjalanan Rasul pada peristiwa ISRA’. Agar Rasul dapat mengikuti kecepatan Jibril dan Buraq, maka badan Rasul DIUBAH oleh Allah jadi badan cahaya. Hal ini dimaksud menyeimbangkan kualitas badan rasul-jibril-buraq yang jadi kawan seperjalanan beliau.
KAPAN-kah hal itu dilakukan? Tentu sebelum berangkat. KEMUNGKINAN-nya, ketika Jibril mengajak Rasulullah untuk MENSUCIKAN HATI beliau dengan menggunakan air Zam-zam. Di riwayat yang lain, diceritakan bahwa Jibril MENGOPERASI HATI Rasulullah dan MENSUCIKAN-nya dengan air Zam-zam.
Jibril melakukan rekayasa terhadap SISTEM ENERGI dalam tubuh Rasulullah. Seluruh BADAN MATERIAL Rasulullah di-ANNIHILASI oleh Jibril menjadi BADAN CAHAYA. Sebagai makhluk cahaya, Jibril PAHAM BETUL tentang proses-proses annihilasi.
Maka sekejap, tubuh material Rasulullah BERUBAH jadi tubuh cahaya. Dan beliau SIAP melakukan perjalanan bersama Jibril dan Buraq, sebab ketiga-tiganya telah memiliki kualitas badan yang sama, yaitu badan cahaya. maka allah memperjalankan ketiganya menuju masjidil AQSHA di Palestina.
Ketiga makhluk cahaya tersebut melesat menempuh perjalanan Mekkah-Palestina yang berjarak 1.500 km itu hanya dalam WAKTU SEKEJAP MATA saja. Atau lebih detailnya sekitar 0,005 detik, dalam ukuran waktu manusia. Namun demikian, Rasulullah MELAKUKAN-nya dengan KESADARAN penuh.
Adanya RELATIVITAS WAKTU antara dunia manusia dan dunia malaikat, menyebabkan Rasulullah MERASAKAN SEPENUHNYA perjalanan itu. Sehingga segala peristiwa yang terjadi dalam perjalanan, beliau BISA MENGINGAT dan MENCERITAKAN kembali.
Sebagai ilustrasi,misalnya orang yang bermimpi, meskipun orang tersebut hanya bermimpi selama satu menit, tetapi ia bisa bercerita tentang mimpinya yang ‘sangat panjang’. Kenapa demikian? Karena WAKTU yang berjalan di dunia mimpi dan di dunia nyata BERBEDA.
Sama dengan yang terjadi pada Rasulullah. Pada waktu itu, beliau TIDAK SEDANG BERMIMPI. Beliau betul-betul melakukan perjalanan dengan badannya. Maka tidak heran, jika beliau BISA MENJAWAB berbagai pertanyaan orang kafir yang ingin MENGUJI-nya.
Di antaranya, beliau bercerita dalam perjalanan itu ada sekelompok kafilah atau pedagang yang unta dan kudanya lari ketakutan, saat Rasul dan Jibril melintas di dekatnya. Kafilah itu tidak bisa melihat rasul yang berbadan cahaya, tetapi rupanya unta dan kuda bisa merasakan kehadiran Rasulullah, Jibril dan Buraq yang melintas berkecepatan tinggi.
KENAPA perjalanan luar biasa itu dilakukan pada MALAM HARI? Pada siang hari RADIASI sinar matahari demikian kuatnya, sehingga bisa MEMBAHAYAKAN badan Rasulullah, yang sebenarnya memang BUKAN BADAN CAHAYA. Badan Rasulullah yang sesungguhnya adalah BADAN MATERI.
Perubahan jadi badan cahaya itu bersifat sementara, sesuai KEBUTUHAN perjalanan bersama Jibril. Dengan melakukannya pada malam hari, maka Allah menghindarkan Rasul dari interferensi gelombang yang MEMBAHAYAKAN badannya. Suasana malam memberikan kondisi yang baik buat perjalanan itu.
Sebagai gambaran sederhana, adalah gelombang suara. Jika malam hari kita mencoba mencari gelombang radio, akan lebih mudah dan suaranya lebih jernih. Kenapa? Karena suara-suara tersebut tidak mengalami interferensi atau gangguan gelombang yang terlalu besar, sehingga terdengar jernih.
Malam hari juga berarti penting dalam berkomunikasi dengan Allah. Perhatikan, Allah memerintahkan kita untuk melakukan shalat malam yang bernilai sangat tinggi, yaitu shalat tahajjud. Kenapa demikian? Salah satunya, karena pada malam hari JIWA kita bisa menjadi LEBIH FOKUS dan KHUSYUK.
Dalam ayat berikut ini, Allah memberikan informasi bahwa shalat pada malam hari itu bacaan-nya lebih berkesan. Nah, dalam konteks ini, bukankah Rasulullah memang BERTUJUAN untuk MENGHADAP Allah SWT? Maka perjalanan malam hari juga memiliki makna KEJERNIHAN KOMUNIKASI dengan Allah.
QS Al Muzammil (73):6 : Bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (Ayi Priatna; dari grup WA-78) –FR