Tetangga (TA 092)
Allah mengatur bagaimana hubungan dengan tetangga. Tetangga memang bukan saudara, bukan kerabat dan bukan pula sahabat. Tapi tetangga bisa lebih dari sahabat bahkan bisa lebih dari saudara sendiri, justru karena dekat dengan pintu dan dinding rumah kita.
Bersyukurlah bila memiliki tetangga yang akrab. Namun suatu bencana, bila memiliki tetangga yang tidak akur, dan celakanya setiap saat kita tidak bisa melepaskan diri dari padanya.
Tetangga adalah yang selalu mengangguk atau bertegus sapa bila berjumpa. Tetangga adalah yang selalu bertemu saat bersama-sama menyapu di halaman depan sehabis hujan. Tetanggalah selalu mengantarkan bingkisan kenduri.
Tetangga adalah tempat yang selalu memberi atau meminjamkan barang kecil yang remeh saat keadaan darurat. Tetanggalah yang pertama membawa kita ke UGD ketika sakit mendadak. Dan insya Allah, yang kelak pertama memandikan atau mengurus pemakaman kita. Firman Allah memerintahkan kita berbuat baik dengan antara lain tetangga (QS An Nisa’ 4:36).
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, tetangga adalah memiliki hak pertama untuk ditawari, bila ia memang menunjukan minat dan mampu membeli barang yang akan kita jual. Adalah keliru bila kita menjual tanah kepada orang lain yang tidak kita kenal, padahal tetangga di sebelah tanah itu minat dan mampu membelinya.
“Ke tetangga yang mana kita akan memberikan (hanya) satu hadiah ?”, tanya Aisyah kepada Rasullulah. “Ke tetangga yang pintunya lebih dekat dengan pintumu”, jawab Rasul–Hadits Bukhari. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR