Nafsu berpoligami
Sebagai kaum Adam memang sekilas kita bisa tergiur untuk ber poligami. Tetapi keinginan itu bagi pemahaman saya yang notabene sebagai pensiunan penerima MP gaji senin kamis dan tua (bangka) ini lebih cenderung karena nafsu duniawi.
Selain tidak paham aplikasi kewajiban adil khususnya terhadap perasaan/nurani istri kadang terbayang oleh saya tentang bagaimana istri saya berkorban atas kehidupannta demi komitmen berbakti ke suami. Dia telah rela dan ikhlas, menanggung malu menutupi kekurangan saya (apalagi sesudah masa pangsiun dan penuh kelemahan seperti sekarang ini).
Mungkin saja dia bisa mendapatkan nasib baik bila saat dulu mendapatkan figur suami yang bukan seperti saya ini. Coba telah dengan jujur, betapa besar peran dan pengorbanannya. Karenanya, saya tak berani membayangkan, apalagi mengucapkan kata kata keinginan poligami apapun alasannya.
Ngeerriiiiii. atas dosa tidak bisa memenuhi arti adil dihadapan Sang Maha Adil dan Maha Kuasa. (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR