Heboh STDI II(2) (ME 007)
Kompas, 16/02/1990, Pemerintah akan mengutamakan kepentingan nasional masa kini dan mendatang dalam mengambil keputusan pemenang tender proyek STDI II. Keputusan pemenang tender dilakukan berdasarkan pertimbangan yang rasional, memperhatikan kewajaran dan kelaziman dalam praktek tender internasional dan diketahui peserta tender. Disampaikan oleh Mensesneg Moerdiono
Majalah Editor, 17/02/1990, halaman 82, residenlah, katanya yang akan memutuskan system mana yang akan dipilih, termasuk siapa pemenang tender. Siapa? Menurut sebuah sumber, pemenang itu akan diumumkan pemerintah dalam waktu dekat. Ancar2 paling lama setelah berakhirnya tahun fiscal.
Tapi hasil rebutan tender itu juga hampir pasti, katanya, akan dimenangkan AT&T. Grup bisnis ini, menurut kabar, di back pemerintah AS. “ Saya mendengar pemerintah Bush amat serius ingin AT&T mendapat kepercayaan. Kalau tidak, mereka akan mempertimbangkan peluncuran satelitIndonesia, kata seorang pengusaha yang ikut tender
Dia mengatakan pasrah tak bakal menang. “Kami sudah menyerah, AT&T bena2 menggunakan lobi yang kuat.” ujar pengusaha tadi. Grup Citra yang dipimpin Nyonya Siti Hardiyanti Rukmana, katanya, merupakan partner dekat AT&T
Majalah Tempo, 17/02/1990, “….. Bahwa AT&T mampu menyamai harga penawaran NEC, itu hanyalah karena Pemerintah AS turun tangan memberi pinjaman lunak. Menurut sumber Tempo, ini pertama kali dalam sejarah AS, pemerintahnya membantu perusahaan swasta memenangkan tender Internasional.
Bahkan pemerintah AS, kabarnya telah mengirim surat resmi kePemerintah RI, agar tender STDI 2 ini betul-betul dilakukandengan fair. Bila tidak, AS siap siaga mengeluarkan jurusbarunya yang dikenal dengan nama “Super 301”.
Jurus ini terkait pada UU perdagangan internasional, yang disyahkan tahun 1988. Berdasarkan UU ini, AS diperbolehkan mengambil tindakan balasan terhadap mitra dagang yang dianggap merugikan ekspor AS melalui prosedur tidak fair.
(Kompas-19/02/1990)-Guru Besar ITB Prof.Dr.Iskandar Alisjahbana, saat dihubungi Kompas, mengatakan “Namun kita tak tahu, mana system yang terbaik”tapi ia mengatakan tim yang diketuai oleh Ketua LIPI, Prof. Dr. Samaun Samadikun, memutuskan alternative2 teknologi agar teknologi telekomunikasi yang digunakan tidak Cuma berasal dari satu sumber saja.
(Jakarta, 17-23/02/1990), halaman 23, Dalam sidang panel, pemerintah Indonesia menilai AT&T perusahaan yang dinilai tercocok menang tender, dari segi rincian teknologi, dan penawaran harga. Mendengar khabar belum final yang tak menguntungkan NEC itu, menurut the Washington Post, pemerintah Jepang bermanuver menolong NEC.
Caranya dengan memanfaatkan kekuatan dana bantuan bantuan Jepang terhadap Indonesia yang bernilai 2,1 milyar dollar AS. Kasarnya Jepang menekan Indonesia. Dibandingkan Jepang bantuan luar negeri AS kepada kita terhitung sangat kecil. Cuma 90 juta dollar AS.
Taro Nakayama, Menlu Jepang yang disurati oleh Menlu AS James Baker, menepis tudingan itu dan menjamin bahwa Jepang seperti juga AS tidak akan melakukan tekanan politik untuk memenangkan NEC. Bersambung………..; (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR