Mengisi Yang Kosong (TA 240)
Saya sedang duduk di shaf terdepan di sebuah masjid kecil di daerah Kaliurang Jogja, tempat penutupan Pesantren Kilat Anak Remaja. Anak saya sudah mengikutinya selama delapan hari dan sore itu program menarik itu akan ditutup.
Iqamah shalat Ashar masih beberapa menit lagi dan saya menarik satu dari deretan buku yang berjajar rapih dalam rak-buku di depan saya. Buku itu tulisan almarhum Prof.Dr.Hamka judulnya Tafsir Al Azhar jilid 8. Saya buka secara acak buku yang berwarna hitam dengan desain cover yang mewah itu dan saya membaca yang tertulis ……
“Wa maa kholaqtul jinna wal insa illa li ya’buduun”, kemudian dibawah tulisan Arab itu, tertulis terjemahan dalam bahasa Indonesia, (56)” Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk mengabdi kepada-Ku.”
Hamka menuliskan tafsirnya, Bahwa Allah menciptakan jin dan manusia tidak ada guna yang lain, melainkan buat mengabdikan diri kepada Allah. Jika seorang telah mengakui beriman pada Allah, tidaklah dia akan mau jika hidupnya di dunia ini kosong saja. Dia tidak boleh menganggur. Selama nyawa dikandung badan, manusia harus ingat tempohnya tidak boleh kosong dari pengabdian. Seluruh hidup hendaklah dijadikan ibadah.
Sebagai penulis, Hamka dengan indah merangkai, menyusun kata-kata memaknai firman Allah itu, ucapannya seakan menohok dada dengan dalam. Apa yang telah kita lakukan selama ini dan apa yang akan kita lakukan untuk mengisi sisa umur yang akan kita jalani?
Ibadah, diawali dengan niat. Tujuan niat adalah menjadi pembeda antara perbuatan biasa dengan amal ibadah dan pembeda antara amal ibadah dengan amal “ibadah” lainnya. Sebagai contoh, seorang yang makan karena kebiasaan, dengan seorang yang makan dalam rangka melaksanakan perintah Allah, “……. makan dan minumlah…..” (QS Al Araaf 7:31), Yang terakhir ini sedang makan yang bernilai ibadah.
Seorang yang baca Al Qur’an berniat riya’ beda dengan niat se-mata2 mohon keridlaan Allah. Seorang yang ber-OR dengan niat mengejar prestasi, tentu beda dengan yang ber-OR dengan niat sehat sehingga bisa mendirikan shalat, pergi haji atau beribadah pokok dengan baik. Seorang yang banyak membaca sekedar menghibur diri beda dengan membaca dengan niat cari ilmu, yang bernilai ibadah. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR