Jejak Syekh Junaid Albetawi
(khazanah.republika.co.id)-MAKKAH; Kota Makkah tanah suci, tempat yang paling ingin dikunjungi kaum Muslimin seantero dunia. Bukan hanya pada musim haji, juga di bulan-bulan lain.
Orang Betawi bahkan rela untuk mengorbankan hartanya asal bisa pergi haji. Apalagi mereka yang hidup di akhir kekuasaan Syarif Ali. Makkah bukan saja pusat ibadah tapi juga pusat ilmu, khususnya ilmu-ilmu keislaman. Ke kota ini golongan santri Betawi meneruskan ngaji mereka, berguru ke ulama terkemuka, salah satunya kepada Syekh Junaid Al-Betawi.
Sejarah Syekh Junaid Al-Betawi sangat minim. Di Indonesia, paling tidak, kita hanya bisa mendapatkan keterangannya dari dua ahli tentang Betawi, yaitu Ridwan Saidi dan Alwi Shahab; seorang ulama besar Indonesia, Buya HAMKA; dan dari seorang orientalis asal Belanda, Snouck Hurgronje.
Padahal, tokoh ini berperan besar pada sejarah perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di tanah Betawi. Menurut Ridwan Saidi, Syekh Junaid (Ridwan menulisnya Juned), satu-satunya Ulama Betawi yang berpengaruh di dunia IslamĀ pada awal ke-19 serta jadi pongkol, poros atau ujung puncak utama silsilah ulama Betawi masa kini.
Sayangnya, riwayat hidup Syekh Junaid belum jelas dan simpang siur. Misal tanggal lahir gak diketahui pasti. Tahun wafatnya belum diketahui jelas. Alwi Shahab menuliskan 1840 tahun wafat Syekh Junaid. Menurut Ridwan Saidi, tahun 1894-1895 ketika Snouck Hurgronje menyusup ke Makkah, diketahui Syekh Junaid masih hidup di usia sangat lanjut.
Syekh Junaid Al-Betawi adalah ulama Betawi yang lahir di Pekojan namun berpengaruh di Makkah, meski hanya enam tahun bermukim di sana. Ia adalah imam Masjidil Haram, Syaikhul Masyaikh yang terkenal di seantero dunia Islam sepanjang abad ke-18 dan 19.
Menurut Ridwan Saidi, Syekh Junaid punya banyak murid yang jadi ulama terkemuka di tanah air bahkan di dunia Islam. Misalnya, Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi pengarang Tafsir Al-Munir dan 37 kitab lain.
Muridnya dari Betawi yang jadi ulama terkemuka, tak banyak diketahui,Ā kecuali Syekh Mujitaba (Syekh Mujitaba bin Ahmad Al-Betawi). Untuk meluruskan sejarah ulama besar masih simpang siur, pada bulan Oktober 2010,Ā Tim Peneliti Jakarta Islamic Centre dibimbing Prof Dr Azyumardi Azra melalui program Penelitian Genealogi Intelektual Ulama Betawi, meneliti tentang Syekh Junaid Al-Betawi.
Penelitiannya juga kepada ulama Betawi lainnya yang memiliki hubungan langsung dan tidak langsung dengan Syekh Junaid.Ā IniĀ bentuk penghormatan Jakarta Islamic Centre terhadap kiprah dan jasanya mengembangkan Islam di Nusantara, khususnya di tanah Betawi.
Umat Islam di Timteng, khususnya di Tanah Hijaz, sangat menghormatinya. Seperti dikisahkan Buya Hamka, di Tanah Hijaz. Pada 1925, ketika Syarif Ali (putra Syarif Husin) ditaklukkan Ibnu Saud, kata Buya Hamka, di antara syarat penyerahannya: agar keluarga Syekh Junaid tetap dihormati setingkat dengan keluarga Raja Ibnu Saud. Persyaratan yang diajukan Syarif Ali ini diterima oleh Ibnu Saud.
(Muhamad Hafil; Bahan dari : https://khazanah.republika.co.id/berita/q45ls5430/melacak-jejak-syekh-junaid-albetawi)-FatchurR *