(koran-jakarta.com)-Ketika itu dalam satu bulan yang sama ada tiga teman saya dioperasi matanya karena katarak. Untuk itu saya sajikan artikel ini dari suatu sumber tentang gangguan mata
Apapun alasannya Indra penglihatan yakni mata, vital fungsi dan manfaatnya. Namun seiring gaya hidup, tak jarang manusia meengabaikan gejala yang muncul padamata
Menurut data kesehatan mata di dunia, lebih dari 7 juta orang jadi buta tiap tahunnya. Kini diperkirakan 180 juta orang di dunia buta atau gangguan penglihatan. Penyebab tiga terbesar kebutaan di Indonesia : katarak 50%, glaukoma 8%, dan retinopati diabetik 1%.
Tiap tahun penderita katarak di Indonesia meningkat ± 0,1% dari jumlah penduduk. Menurut Dr. Devina Nur Annisa, SpM, Kepala Klinik Mata Utama JEC @Tambora. “Peningkatan itu karena bertambahnya angka harapan hidup orang, yang konsekuensinya bertambah pula penderita katarak,” terangnya.
Katarak, suatu kondisi sakit pada mata yang dipengaruhi menuanya manusia. Biasanya keluhan yang tersering dialami, penglihatan buram, tidak bisa membaca jarak dekat, dan butuh tambahan cahaya untuk membaca.
Katarak terjadi dalam bola mata, menyebabkan kekeruhan lensa mata sehingga lensa mata kehilangan kejernihannya dan membuat penglihatan seperti tertutupi kabut. “Sebagian besar disebabkan oleh usia karena katarak adalah bagian dari proses penuaan,” ujar Devina.
Sayangnya hingga kini katarak belum ada obatnya, juga pencegahannya. Karena katarak bersifat alami pada orang Lansia. Meskipun begitu, bila katarak mengganggu kualitas hidup orang, Dia katakan boleh dilakukan operasi untuk mengangkat kataraknya.
Selain faktor Lansia, penggunaan obat-obatan steroid jangka panjang, pernah trauma pada bola mata, keturunan hingga infeksi juga dapat menyebabkan katarak. Katarak juga terjadi pada bayi dan usia muda. “Bayi biasanya kena virus rubella,” kata Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), Dirut JEC Medika Indonesia.
Suatu trauma di bola mata menyebabkan katarak di usia muda yang disebut katarak sekunder. “Bisa seperti benturan, pukulan ke mata,” tambahnya. Katarak ini jarang ditemui di usia muda.
Hati hati dengan mata minus
Melahirkan, salah satu keajaiban wanita dan calon ibu. Dapat melahirkan normal itu dambaan calon ibu. Namun, ada kondisi yang harus diperhatikan sebelum melahirkan normal yaitu masalah minus pada mata.
Dalam forum diskusi Philips, “Jaga Kehamilan untuk Generasi yang Lebih Sehat”, Dr. dr. Ali Sungkar, Sp.OG-KFM, ahli kandungan dan kebidanan yang juga spesialis fetomaternal mengatakan, sebaiknya calon ibu tahu cara mengejan dengan benar.
“Karena kalau miopi atau minusnya berhubungan retinanya, salah-salah retinanya jadi pecah,” katanya. Ia saarankan agar para calon ibu ini lebih baik memeriksakan ke dokter mata untuk cari tahu apakah dirinya bisa melahirkan secara normal.
Iwan membenarkan hal tersebut. Ia menjelaskan bahwa pada orang yang menderita minus tinggi, bola matanya menjadi lebih panjang dan retina yang membungkus bola mata pun lama kelamaan menjadi tertarik. Akibatnya, retina menjadi lebih tipis dan membuatnya lebih berisiko robek. “Orang yang minus tinggi mempunyai risiko tinggi robekan retina karena pas bola mata memanjang (karena minus tersebut), retina lebih gampang sobek,” jelasnya.
Berdasar standar Jakarta Eye Center, calon ibu yang minus di atas 6 jika ingin melahirkan normal, harus memeriksakan retina matanya karena kemungkinan ada robekan pada retina atau lapisan retina yang tipis. “Kalau tidak ada retina tipis atau robekan, baru diijinkan melahirkan secara normal,” pungkasnya.
Glaukoma dan retinopati Diabetik
Selain katarak, ada 2 penyakit berbahaya bagi penglihatan yaitu glaukoma dan retinopati diabetik. Glaukoma itu peningkatan tekanan di dalam bola mata sehingga mengganggu siklus pembuangan cairan bola mata. Akibatnya ada tekanan ke semua dinding bola mata dan menyebabkan kerusakan saraf mata permanen.
Menurut Devina, penderita glaukoma tersulit dideteksi pasien karena kerusakannya perlahan sehingga telat ditangani atau berada di stadium lanjut. “Katarak kan menyerap penglihatan sentral, kalau glaukoma yang dirusak penglihatan dipinggirnya dan perlahan, pasien tidak merasakannya,” ujarnya.
Kalau telat berpotensi kebutaan permanen. Sama dengan katarak, penggunaan obat-obatan steroid jangka panjang berakibat glaukoma. Obat-obat yang tergolong steroid harus ada petunjuk dan pengawasan dokter mata dulu. “Karena dapat meningkatkan tekanan pada bola mata penyebab glaukoma,” katanya.
Hipertensi juga sebagai faktor risiko glaukoma. Hingga kini, belum ada pencegahan glaukoma selain pengecekan berkala khususnya bagi yang berisiko genetik, hipertensi, pengguna kacamata plus, dan pengguna obat steroid, minimal setahun 1x.
Sementara retinopati diabetik itu kerusakan retina pada diabetasi tingkat lanjut yang berkembang jadi butan jika tidak ditangani. Biasanya pembuluh darah di bola mata menyempit dan kebocoran sehingga terbentuk pembuluh darah rapuh yang bisa pendarahan pada bola mata sewaktu-waktu.
60% penderita DM yang berobat 15 tahun berisiko retinopati diabetik dan risiko ini bertambah 25% jika penderita DM tidak mengelola kesehatannya. “Awalnya tidak bergejala. Tahap lanjut, penglihatan mulai kabur dan muncul benang tipis atau titik pada penglihatan,” terang Devina.
Pencegahannya, agar penderita DM menjaga pola hidup sehat, mengontrol kolestrol darah dan tensi. Ada baiknya bagi orang di atas 40 tahun, memeriksakan mata setahun 1x khususnya yang berisiko yang disebutkan di atas. (gma/R1; Bahan dari : http://www.koran-jakarta.com/mewaspadai-gangguan-pada-mata/)-FatchurR *