Berfikir positif atau Qona’ah
Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari segala sifat tidak puas diri dan merasa kurang yang berlebihan. Qona’ah bukan berarti hidup ber2malas2, tidak mau berusaha se-baik2nya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
Justeru orang qana’ah giat bekerja dan berusaha. Tapi bila hasilnya tak sesuai yang diharapkannya, ia rela menerima hasilnya dengan rasa syukur ke Allah SWT. Sikap demikian mendatangkan rasa tenteram dalam kehidupannya. Juga menjauhkan diri dari serakah. Muhammad SAW Bersabda :
Dari Abdullah bin Amru, Bersabda Rasul SAW: “Beruntunglah orang yang masuk Islam dan riejekinya cukup dan merasa cukup dengan yang Allah berikan padanya.” (H.R. Muslim). Orang yang bersifat qana’ah, berpendirian yang diperoleh atau yang ada pada dirinya itu adalah ketentuan Allah adanya.
Firman Allah SWT : “Tidak ada suatu binatang yang melatapun di bumi melainkan Allah yang memberi rejekinya.” (Q.S. HUD: 7)
Qanaah di kehidupan itu sifat dasar tiap muslim, karena sifat itu jadi pengendali agar tidak surut dalam putus asa dan tidak terlalu maju keserakahan. Qana’ah berfungsi stabilisator dan dinamisator hidup muslim. Dikatakan stabilisator, karena muslim yang qana’ah selalu berlapang dada, tenteram, merasa kaya dan berkecukupan, bebas dari serakah.
Karena hakekatnya kekayaan/kemiskinan terletak pada hati bukan pada harta yang dimiliki. Perhatikan orang2 yang lahirnya nampak cukup / mewah, namun hatinya penuh keserakahan dan kesengsaraan. Juga banyak orang yang sepintas seperti berkekurangan namun hidup tenang, gembira, dan sanggup mengeluarkan sebagian hartanya untuk sosial. Nabi SAW Bersabda :
Dari Abu Hurairah r.a. Bersabda Nabi SAW: “Bukanlah kekayaan itu karena banyak harta benda, tetapi kekayaan itu kekayaan hati.” (H.R. Muslim)
Karena hatinya merasa cukup, maka orang yang qana’ah, terhindar dari sifat loba dan tamak, yang cirinya suka minta2 ke sesama manusia karena merasa kurang puas dengan karunia Allah. Disamping itu qana’ah berfungsi dinamisator yaitu kekuatan batin yang mendorong seseorang meraih kemajuan hidup mandiri dengan tetap bergantung kepada karunia Allah.
Berkenaan qana’ah ini, Nabi SAW menasehati Hakim bin Hizam yang terungkap di riwayat berikut ini:
”Dari Hakim bin Hizam r.a. dia berkata : “Saya pernah minta ke Rasul SAW dan beliau memberiku. Lalu saya minta lagi padanya, dan beliau tetap memberi. Beliau bersabda : Hakim, Harta ini indah dan manis, maka siapa yang mengambilnya dengan hati lapang, pasti diberi barokah”
” Sebaliknya yang ambil dengan rakus pasti tidak barokah, bagai orang makan tak pernah kenyang. Dan tangan yang di atas lebih baik dari tangan di bawah. Berkata Hakim: Ya Rasul, Demi Allah yang mengutumu dengan kebenaran, saya tidak akan menerima apapun sepeninggalmu sampai saya wafat”.
Abu Bakar r.a. (Khalifah) memanggil Hakim untuk memberi belanja (dari baitul mal) tapi ia menolak dan tidak mau menerima pemberian itu. Abu Bakar berkata Wahai kaum muslimin. Saya persaksikan kepada kalian tentang Hakim, saya telah memberi haknya yang diberi Allah padanya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Qana’ah itu bertalian sikap hati/mental. Karena untuk menumbuhkan qana’ah perlu latihan dan sabar. Pada tingkat permulaan mungkin memberatkan, namun jika qana’ah membudaya dan jadi bagian di hidupnya maka kebahagiaan di dunia akan dinikmatinya, dan kebahagiaan di akhirat akan dicapainya. Nabi SAW Bersabda : Qana’ah itu adalah simpanan yang tak akan pernah lenyap. (H.R. Thabrani)
Betapa pentingnya qana’ah. Bila dimiliki tiap orang dan diterapkan di kehidupan se-hari2, mendorong terwujudnya masyarakat yang tenteram, tidak cepat putus asa, bebas dari serakah dan selalu berfikir positif dan maju. Betapa tidak karena dalam qana’ah terkandung unsur pokok yang dapat membangun probadi muslim :
Menerima dengan rela apa adanya, memohon tambahan yang pantas ke Allah disertai usaha dan ikhtiar, menerima ketentuan Allah dengan sabar, bertawakal ke Allah, dan tidak tertarik tipu daya dunia. (Ir. Sugiyanto Nasirun-000551863000)-FR