Wayang Gatutkaca(32) Sejengkal Minta Sedepa
Seperti diceritakan episode sebelum2nya, raja Wirata ke-6 Prabu Basukethi. Dia beristri dewi Yuki dan berputera 2 yaitu Durgandana dan Dewi Durgandini. Mereka ini ada yang mengatakan kakak adik, ada yang mengatakan kembar.
Durgandana putra mahkota disiapkan jadi raja Wirata, kelak setelah diwisuda jadi raja Wirata, dia bergelar Prabu Matswapati. Dia diajari ilmu2 kanuragan, ilmu perang, perdagangan dan ilmu pemerintahan. Dewi Durgandini diasingkan ke rumah Dasabala karena anyir dan disebut Dewi Rara Amis, setelah sembuh badannya wangi dan bergelar Dewi Gandawati (ganda=bau, bau wangi).
Anak2 angkat Dewi Durgandini dengan Palasara, yaitu Kicakarupa atau Kencakarupa, Rupakica atau Rupakenca, Rajamala, Setatama, Dewi Rekatawati atau Dewi Ni Yustinawati dan Gandawana lalu disuruh mengabdi di kerajaan Wirata.
Karena anak2 Dewi Durgandini yang putri Prabu Basukethi, maka mereka diterima baik oleh Prabu Basukethi. Setelah Durgandana naik tahta dan bergelar Prabu Matswapati, mereka, putra-putri Dewi Durgandini itu diberi kedudukan di kerajaan Wirata. Prabu Matswapati menikahi putri angkat Dewi Durgandini, yaitu Dewi Rekatawati. Kicakarupa anak tertua diangkat jadi patih (PM) Wirata.
Waktu berjalan terus. Prabu Matswapati punya anak2 dewasa, yaitu 2 laki2, Seta, Utara, Wratsangka dan perempuan, si bungsu Dewi Utari. Putra2 Prabu Matswapati ini diajari ilmu2 kanuragan dan ilmu pemerintahan, sehingga kelak bisa menggantikan Prabu Matswapati.
Dewi Utari diajari ilmu2 juga dan ilmu terkait wanita. Kadang dia belajar merias diri ke emban (dayang) Nyai Salindri, abdi baru yang bertugas merias wanita2 kerabat raja, kerabat istana. Dewi Utari remaja juga belajar menari dari guru tari istana, wanita banci bernama Kandi Wrehatnala. Wrehatnala ini walau banci, tubuhnya semampai dan lentur, sehingga gerak tarinya indah.
Bagaimana Wrehatnala jadi guru tari? Setahun lalu, Kandi Wrehatnala (Wrehatnala) ini pengamen. Dia dan 2 wanita lain, serta penabuh alat musik berkeliling Wirata menari untuk cari nafkah. Karena tarian nya baik, maka mereka diundang ke istana Wirata. Prabu Matswapati terkesan tariannya, juga Dewi Utari. Saat itu Dewi Utari minta ke ayahandanya agar diperbolehkan belajar menari ke Wrehatnala.
Maka Wrehatnala dan kawan2 diminta jadi penari istana. Wrehatnala diangkat jadi guru tari istana yang muridnya kerabat istana. Wrehatnala diberi tempat tinggal di lingkungan istana. Wrehatnala senang, maka dia serius mengajar menari, terutama Dewi Utari, putri istana yang lama kelamaan dianggap putrinya sendiri. Wrehatnala benar2 mengabdikan diri untuk kerajaan Wirata.
Manusia tempatnya khilaf dan lupa. Jika punya satu pengin dua. Jika jadi pejabat rendah pengin jadi pejabat tinggi. Tak terkecuali putra2 Dewi Durgandini. Patih Kicakarupa yang merasa dirinya lebih sakti, lebih pintar dibanding Prabu Matswapati ingin jadi raja di Wirata, mengganti Prabu Matswapati yang kurang sakti. Maka dia bertahap mengintimidasi Prabu Matswapati.
Mula2 anak buah yang jadi kesayangan sang raja dipukuli orang suruhan Patih Kicakarupa. Yang dipukul tak berani membalas, sebab yang memukul berwajah garang dan sakti. Kejadian ini membuat anak buah yang setia ke Prabu Matswapati jadi takut. Kicakarupa menyuruh anak buahnya memukuli pejabat Wirata. Ini makin membuat gelisah pejabat dan rakyat Wirata.
Lalu dibuatlah keonaran di mana2 yang lebih menyudutkan Prabu Matswapati di mata rakyat yang kini gelisah sebab Wirata yang dulunya aman tenteram, kini tidak lagi. Sebagian rakyat mulai meragukan kepemimpinan Prabu Matswapati. Puncaknya ketika dalam pertemuan resmi di kerajaan, Patih Kicakarupa berkata. ” Prabu Matswapati”, katanya membuka pembicaraan.
” Akhir2 ini Wirata tidak aman. Banyak keonaran di mana2″.
” Bukankah itu tugasmu Patih Kicakarupa memberantasnya?”, tanya Prabu Matswapati.
Patih Kicakarupa yang tahu penyebab keonaran di Wirata atas perintahnya kepada anak buahnya, tidak mau disalahkan, justru dia yang menyalahkan.
” Sang Prabu, keonaran itu tidak akan terjadi kalau raja di Wirata berwibawa. Untuk bisa berwibawa perlu kesaktian tinggi”, jawabnya.
” Hmm, apa maksudmu Kicakarupa?”, tanya Prabu Matswapati dengan nada meninggi.
” Terus terang, paduka kurang sakti, sehingga ada orang berani membuat keonaran” kata Kicakarupa.
Kaget Prabu Matswapati dapat jawaban itu. Walau lama men-duga2, namun belum dapat jawaban jelas.
” Lalu kalau demikian apa solusinya?”, tanya Prabu Matswapati.
” Ya perlu diganti orang yang lebih pantas” jawab Kicakarupa.
” Apa ada orang yang lebih pantas dariku?”, tanya Prabu Matswapati memancing.
” Ada, tentu saja ada. Aku sendiri Prabu Matswapati”, jawab Kicakarupa.
Sangat kaget Prabu Matswapati dengar jawaban yang serasa petir di siang bolong. Tidak disangka kemenakannya yang juga kakak iparnya ingin mendongkel kedudukannya. Dasar tidak tahu diri, begitu katanya dalam hati. Tanpa disadari giginya gemeretak menahan emosi.
” Apa tidak salah kamu Kicakarupa? Dari kecil ayahanda mengasuh kalian bersaudara. Memberi tempat yang baik di negara Wirata. Kini balasanmu akan merebut kekuasaan dariku. Dikasih sejengkal minta sedepa, dikasih hati minta jantung”, begitu kata Prabu Matswapati. Walau marah, dia menyadari bahwa Kicakarupa dan saudara2nya sakti mandraguna.
” Itu hal wajar Prabu Matswapati, sudah jadi kewajiban, jadi tradisi, raja haruslah sakti mandraguna, sehingga tidak ada orang yang berani kepadanya”, kata Kicakarupa.
” Sekarang begini saja”, katanya. Matanya berkeliling.
” Tidak baik kita berkelahi. Kita adu jago saja. Saya punya jago, nanti dua pekan lagi kita adu jago, silahkan Sang Prabu cari jagonya. Saya punya jago.”.
” Lalu siapa jagomu Kicakarupa?”, tanya Prabu Matswapati.
” Jagoku tidak lain adalah Dinda Rajamala”, jawab Patih Kicakarupa.
” Silahkan cari jago, kita ketemu 2 pekan lagi di arena adu jago”, kata Kicakarupa lalu berpamitan meninggalkan pertemuan itu.
Kini Prabu Matswapati bingung. Dia sadar Rajamala orang sakti mandraguna, sulit cari tandingannya. Dia tidak bisa menolak tantangan dari Kicakarupa. Aib besar kalau seorang raja tidak berani melawan tantangan.
Masalahnya, siapa yang pantas dijadikan jago melawan Rajamala? Putra2nya belum sakti menghadapi Rajamala. Kerabat kerajaan lain demikian. Kalau tidak ada jago yang mengalahkan Rajamala, alamat tahta kerajaan diserahkan ke Patih Kicakarupa. Memikirkan ini membuat kepalanya pusing tujuh keliling, berputar seperti baling2. (bersambung Jum’at depan…..; (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR