Menahan Syahwat Saat berpuasa
(muslim.okezone.com)-BERPUASA hakikatnya menahan. Ditelisik lebih jauh, berpuasa di bulan Ramadan bukan hanya menahan rasa lapar dan dahaga. Sejatinya, berpuasa menahan diri dari terbitnya fajar hingga matahari terbenam hal2 membatalkan puasa dari sisi lahiriah (yang terlihat).
Dijelaskan oleh Ustadz M Najmi Fathoni dalam tayangan tausiah Ramadan bersama Okezone, episode ke-3 bertajuk “Menahan Syahwat”. Ustadz Najmi menerangkan, Rasul SAW mengingatkan, “Amat banyak orang2 berpuasa menahan diri tapi tidak mendapat pahala, hanya mendapat haus dan lapar”.
Di luar hal2 lahiriah, ada hal lain yang dipuasakan. Ustadz Najmi mencontohkan misalnya, dari pikiran2 kotor, puasa dari bergunjing membicarakan orang lain. Jangan sampai terjebak hanya dapat lapar dan dahaga saja, tapi kita harus berupaya jadi umat Muslim, hamba Allah yang mendapat pahala berlipat sehingga akhirnya bisa damai di surga Allah SWT.
Dalam kisah Rasul, suatu kali beliau berbicara pada sahabat2nya tentang golongan orang yang bebas dari azab api neraka. Golongan apakah itu? Pertama ialah golongan orang2 “ala kulli hayyin”, yakni yang hatinya lapang. Melapangkan hati ini diajarkan dalam berpuasa, berhati lapang, menyingkirkan rasa dendam. Maka saat berpuasa itu ada yang kita hindari, ada yang kita tinggalkan, ada yang kita amalkan.
Saat berpuasa kita melatih diri tidak jadi orang yang gampang marah, contohnya Baginda Rasul. Maka Rasulullah SAW mengatakan orang2 yang ‘Hayyin’ adalah orang2 yang kelak bebas dari api neraka.
Golongan ke-2 : Layyin, orang2 yang lisannya lembut, tidak pernah berkata kasar. Patut kita ingat dalam hati dan pikiran kita, dikatakan ketika orang berkata kasar atau menghina, orang2 itu tengah berkata kasar kepada yang menciptakannya. yg menciptakannya.
Selanjutnya ‘Qaribin’, yakni akrab atau tidak mem-beda2kan orang dari latar belakangnya. Misalnya agama, suku, dll. Sejatinya, yang membedakan sesama manusia hanya ketakwaannya pada Allah SWT.
Terakhir, golongan ‘Sahlin’, yakni orang2 yang setiap harinya berpikir bukan untuk berbuat curang alias culas. Namun menghadirkan dirinya sebagai suatu jawaban.
“Sahlin, jadi solusi di manapu, di dalam rumah tangga, di lingkungan bekerja, dll. Sehingga orang2 sahlin kelak juga terbebas dari api neraka. Jadi intinya, belajar menahan lapar dan dahaga, serta menahan diri jadi orang yg hatinya lapang, lisannya lembut, tidak mem-beda2kan siapapun, dan bisa hadir menjadi solusi ” pungkas Ustadz Najmi menutup tausiyah. (ren; Pradita Ananda; Bahan dari : https://muslim.okezone.com/read/2019/05/09/330/2053322/hakikat-menahan-syahwat-saat-berpuasa)-FatchurR *