Pendapat tentang Lansia
Apa yang anda bayangkanketika mendengar kata “lansia” atau “usila”. Riset berdasarkan kuisioner yang dilakukan Prof Tribudi dari Centre of Aging Study UI (CAS-UI) sangat menarik. Sebagian besar pengisi kuisioner yang berasal dari mahasiswa/i Indonesia menyatakan bahwa kata “lansia” itu dihubungkan dengan lambat/lelet, pelupa, bau minyak angin, sakit-sakitan, mata kabur, pendengaran berkurang. Satu hal yang positif dari jawaban yang masuk adalah “orang yang bisa dimintai tolong menjaga anak saat orang tuanya sedang sibuk”.
Bandingkan dengan jawaban (berdasarkan kuisioner yang sama) yang diperoleh saat beliau menjadi pengajar tamu pada salah satu universitas di Beijing China. Sebagian besar mahasiswa/i di sana menghubungkan kata “lansia” dengan hal yang lebih positif, seperti: berwibawa, memiliki pengetahuan lebih (tempat berkonsultasi), dlsbnya.
Apa itu lansia
Per definisi Lansia adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Sedangkan jika kita ingin mendalami mengenai lansia, masih dibagi 3 lagi, yaitu:
1. Lansia Dini, yaitu mereka yang berusia 55 – 64 tahun
2. Lansia, berusia 65 tahun atau lebih
2. Lansia risiko tinggi, yang berusia lebih dari 70 tahun
Prestasi Lansia di Negara kita
Di Indonesia, kata “lansia” agaknya mengandung konotasi yang sedikit negatif. Meskipun sebagian mahasiswa Indonesia memiliki pemahaman yang berbeda dengan rekan-rekannya di China, namun lansia yang berprestasi di Indonesia cukup banyak. Ambil contoh Bpk Teddy P Rachmat yang mulai mendirikan usaha yang saat ini memiliki lebih dari 40.000 karyawan pada usia 55 tahun.
Orang seperti Pak Teddy Rachmat, Pak Ciputra, Ibu Martha Tilaar, Dr Boenjamin Setiawan, Bpk Mochtar Riadi dan masih banyak lagi, adalah contoh lansia yang berprestasi di Indonesia. Usia seakan tidak menjadi halangan bagi para konglomerat tersebut untuk terus beraktifitas, menyumbang bagi bangsa negara dan orang-orang di sekitarnya.
Kembali ke keluarga kita
Sayang memang tidak semua lansia bisa hidup berkualitas sama seperti mereka yang disebutkan di atas. Sebagian lansia hidup prihatin bersama anak-anaknya. Namun saya percaya bahwa “keprihatinan” ini bukanlah disengaja. Banyak dari kita yang berasal dari kelompok produktif yang memang belum mengetahui bagaimana memberi / membantu orang tua kita agar bisa hidup lebih berkualitas.
Jikalau saat ini banyak buku yang membahas mengenai PARENTING (menjadi orang tua yang baik dengan mengasuh anak-anaknya secara baik dan benar), maka sudah saatnya kita mau mencari lebih banyak buku-buku mengenai GERONTOLOGY, yaitu ilmu yang membahas aspek sosial, psikologikal dan biologik dari mereka yang berada dalam proses penuaan. Dengan demikian kita bisa memberikan yang terbaik kepada orang tua kita.
Beberapa tulisan yang membahas hal hal dibawah ini patut dibaca diantaranya :
– Pengen hidup panjang, bergaulah!!
– Sembelit pada Lansia
– Bpk Karmaka Surjaudaja, Sang Inspirator Sejati
– Lansia di Medan  (http://bit.ly/nv9izr); (Prasetya B Utama)-FR