Budi daya singkong
Artikel ini terlambat tetapi masih relevan. Pada tgl.7-8 Juni lalu, saya berdua, dengan Cak Ngab (Bambang Soesijanto), memenuhi undangan PT Lampung Kasava Agro, pimpinan Prof.DR.Resi Bohang, MBA untuk meninjau budi daya singkong (kasava) di kebunnya, di Kabupaten Lampung Timur (153 Km dari Bandar Lampung) dan meninjau pabrik-2 yang beraktivitas dan mengandalkan produksi singkong.
Hari pertama kunjungan, 7/6, kami mendatangi workshop perakitan mesin pemroses Kasava menjadi ethanol. Dari penjelasan Dirut PT Asindo Tech, Bpk Fidrianto, kebutuhan mesin pengolah singkong menjadi tapioka, kemudian menjadi ethanol, masih sangat tinggi, dan bahkan tidak bisa menampung permintaan kebutuhan.
Siangnya, perjalanan dilanjutkan ke pabrik industri Ethanol, PT Indonesia Ethanol Industry ( PMA ) di Jl Raya Lintas Timur KM 242 Desa Sriwijaya Mataram, Kec. Bandar Mataram, Lampung Tengah–ditemui oleh GM-nya, Bpk Franky Djunaidy.
Beliau menjelaskan, bahwa bahan baku pokok dipabriknya adalah singkong ( singkong basah, gaplek, sawut atau chips )–beliau pernah magang di China selama 2 tahun, dan sekarang memimpin pabrik disitu.
Kesulitan utama pabriknya adalah kontinuitas pasokan bahan baku, singkong, karena produksi singkong disekitar pabrik dan Lampung pada umumnya, belum mencukupi–bahan baku msh didatangkan dari Jateng ( Wonogiri, berupa gaplek ) dan Jatim ( Trenggalek, gaplek ), juga import dari Thailand (berupa gaplek dan sawut ), saat kunjungan kami kelokasi, pabrik tidak beroperasi karena minimnya bahan baku–sekaligus dimanfaatkan utk maintenace mesin.
Prodak pabrik ini di eksport ke China, Filipina, Taiwan dan sebagian kecil buat kebutuhan dlm negri–PT Indonesia Ethanol Industry, berharap agar kekurangan pasokan bahan baku singkong dapat dipasok oleh PT Lampung Kasava Agro, baik singkong basah maupun bentuk sawut ( singkong basah yg dirajang2 dan dikeringkan ). Disini setiap ton singkong basah, dapat menghasilkan 250 liter ethanol.
Sorenya, kami tiba di kebun PT LKA di Kabupaten Lampung Timur, luas lahan 52,4 Ha, ditanami singkong jenis RS-RB yg berumur 4,5 bulan, tinggi mencapai 2,4 meter dan pertumbuhan merata–tidak bergelombang–dan waktu dicabut sebagai uji petik, berat umbinya mencapai 8 Kg–dibandungkan dgn singkong lokal ( disebelahnya ) dgn umur yg siap panen ( 9 bln ) berat umbi hanya 3 Kg.
Umbi singkong yg berumur 4,5 bln dgn berat 8 Kg itu, diharapkan pada saat panen ( umur 11 bln nanti ), beratnya bisa 12,5–20 Kg, sehingga diharapkan, per Ha produksinya minimal bisa 125 ton dan maksimal 250 ton.
Esok harinya, Jum’at tgl.8/6 kami ke peternakan sapi PT Juang Jaya Abadi Alam di Jalan Raya Bakauheni, Lampung Selatan, kami diterima oleh Deputy GM-nya, Bpk William E.L Bulo. Peternakan ini mengelola 13.000 sapi import dan lokal ( 10% ), utk diambil daging, namun produksi kotorannya bisa menghasilkan smp 30% revenue.
Setelah melalui proses–dan PT LKA memanfaatkan pupuk kandang dari produksi PT Juang Jaya ini. Semula, produksi daging ternak dr PT Juang Jaya ini pernah mencapai 25.000 ekor, namun krn kebijakan pemerintah ( Kem Pertanian ) yg mengijinkan import daging segar, produksi dr PT ini merosot tajam…..
Kesimpulan kunjungan kami, bahwa prospek bisnis persingkongan khususnya di Lampung dan Indonesia , masih menjanjikan dan masih kekurangan pasokan pada pabrik2 tapioka buat ethanol dan PT LKA sedang merintis kerjasama dgn PT PLN buat produksi tenaga listrik, dari ampas singkong……
Contoh hasil budi daya singkong :
==>Minimal penanaman 1 Ha : Rp. 25.000.000,-
==>Produksi per Ha 125 ton — 250 ton
==>Hasil untuk investor minimal 125 ton per Ha.
==>Hasil yang dibeli LKA Rp.400,- per Kg
==>Pendapatan min. investor per Ha : 125 ton x 1.000 x Rp.400 = Rp.50.000.000,- ( 100 % )
==>Kelebihan produksi, masing2 50%, bila produksi mencapai 250 ton, maka investor akan memperoleh:
( 250-125 ) x 1.000 x Rp.400,- = Rp. 25.000.000,- ( 100 % )
==>Total pendapatan Investor maksimum……….Rp.75.000.000,- ( 200% )
==> Umur singkong siap panen…..11–12 bulan.
Siapa yang berminat, silahkan mendaftar, nanti kunjungan berikutnya akan diatur kemudian untuk melihat kebun di Sukabumi. (Mustadjab A)-FR