Buat sahabat yang sakit
Jika kita renungkan, sakit merupakan pengalaman subyektif yang sulit dimengerti orang lain, termasuk oleh yang merawatnya. Mengatasi penyakit dengan tepat dan lebih cepat adalah langkah terbaik, sedangkan menunda pengobatan berarti akan menambah kesengsaraan bagi penderitanya.
Kemunduran fungsi tubuh karena faktor usia seperti kita-kita ini tak bisa dihentikan. Secanggih apa pun teknologi yang diciptakan, hukum alam tak bisa ditentang. Proses penuaan adalah siklus hidup yang normal jika datangnya tepat waktu. Namun, jika terlalu cepat menjadi tua dan berpenyakitan, apa yang seharusnya dilakukan?
Bukan berarti kita menerima nasib menjalani hari tua dengan berbagai penyakit. Yang mencemaskan adalah, apabila penuaan datang lebih cepat, tetapi kita tak kunjung dewasa. Ini namanya musibah. Saat usia lanjut menghampiri dan sakit mulai mendera, hanya ada dua pilihan. Berjuang bangkit dan tetap sehat, atau membiarkan tubuh terjangkit dengan berbagai macam penyakit.
Bagi yang sedang sakit harus tetap tegar menghadapinya. Yakinkan dalam diri bahwa yang namanya sakit adalah episode kehidupan yang harus memiliki nilai tambah. Upayakan proses kesembuhannya dengan banyak berdoa, sabar, tawakal, ikhlas, dan bersyukur. Tentu taati petunjuk dokter sebagai ahlinya.
Sakit ringan terkadang bisa dirasakan begitu berat dan menyiksa. Padahal, seberat apa pun rasa sakit akan menjadi terasa ringan, jika hati kita bisa menerimanya dengan ikhlas. Jika kita mau merenungkannya, ternyata banyak hikmah yang dapat dipetik dari pengalaman menderita sakit. Saya sudah membuktikannya.
Sewaktu saya mendapat gangguan jantung, gagal ginjal, dan stroke ringan, saya tetap berprasangka baik kepada Allah. Sakit yang saya derita tidak lagi saya anggap sebagai musibah, tetapi sebagai salah satu anugerah dari sekian banyak anugerah yang telah diberikan Allah kepada saya.
Walau sakit, saya tetap merasa bahagia karena mau atau tidak, saya tetap harus menjalaninya. Bahkan ada beberapa teman yang merasa iri dengan sakit yang saya derita, karena sakit diyakini sebagai sarana penggugur dosa.
Manusia adalah makhluk religius yang saat sakit, secara spontan menjadi ingat eksistensi Allah sebagai sumber pengharapan yang dapat memberikan kesembuhan, kekuatan dan ketenangan. Terapi medis tanpa doa tidaklah lengkap. Sebaliknya, doa tanpa upaya pengobatan sebagai bentuk ikhtiar, juga tidak akan efektif.
Kita wajib berikhtiar dengan berbagai strategi agar tubuh tetap sehat. Khasiat doa telah diuji dengan berbagai penelitian ilmiah, hasilnya terbukti bahwa doa dapat meningkatkan kekebalan tubuh, sekaligus menumbuhkan harapan dan rasa percaya diri. Jadikan doa dan ikhtiar sebagai prioritas yang harus diperhatikan secara seimbang dalam menjaga kesehatan.
Ikhlas dan syukur nikmat juga merupakan obat mujarab dalam proses penyembuhan. Harus kita sadari bahwa yang namanya penyakit sangat akrab dengan penderitaan. Orang sakit itu bisa sembuh, dan juga bisa berakhir dengan kematian. Namun, menanamkan sikap bahwa lebih baik mencegah dari pada mengobati, bisa menjadi prioritas. Kita harus cerdas, jangan jadikan kesehatan sebagai taruhan. Semoga bermanfaat. Wassalam, (Muchtar AF)-FR