Artikel

Operator butuh perlindungan

Iklim kompetisi yang semakin ketat dengan jumlah operator yang begitu banyak membuat para operator harus berkompetisi secara sengit dalam harga layanan. Selain itu, untuk meningkatkan layanan, investasi, dan pemeliharaan yang tidak murah dapat mengancam industri ini. Kondisi ini membuat operator telekomunikasi sekarang ini menghadapi apa yang disebut dengan fenomena gunting seperti digambarkan dalam grafik.

Artinya, trafik telekomunikasi meningkat, namun dari segi pendapatan cenderung datar atau bahkan menurun. Anggota BRTI, Nonot Harsono, berpendapat fenomena gunting dalam industri telekomunikasi perlu dihentikan karena tidak sehat. Di satu sisi trafik meningkat, namun di sisi lain pendapatan tidak bergerak naik.

“Trafik meningkat luar biasa tapi pendapatan mendatar atau malah turun,” kata Nonot di Jakarta, belum lama ini. Sebenarnya, operator sudah mengantisipasi hal ini. Dari segi teknologi, operator berusaha meningkatkan layanan dengan teknologi terbaru mendukung layanan jaringan pita lebar (broadband).

Telkomsel misalnya menargetkan pada 2015 seluruh BTS yang ada sudah menggunakan teknologi generasi ketika (3G) untuk memberikan layanan terbaik. Saat ini, Telkomsel membangun sejumlah BTS Node B (3G) di beberapa wilayah. Direktur Network Telkomsel, Abdus Somad Arief, menuturkan pada 2013 ditargetkan komposisi BTS 3G dan 2G menjadi 70 persen berbanding 30 persen.

“Tahun 2014 diharapkan BTS 3G mencapai 80%, dan terakhir 2015 diharapkan semua BTS Telkomsel 100 % 3G,” ujar Somad di Jakarta. Kini total BTS Telkomsel mencapai 54.000 unit di Indonesia. Dengan teknologi 3G, akses internet pelanggan menjadi lebih cepat dan masuk kategori broadband dengan kecepatan akses mencapai 512 Kbps.

Somad menuturkan selain menambah BTS 3G, Telkomsel sedang menambah program Kota Broadband atau Broadband City. Pada 2013 mendatang, diharapkan jumlahnya telah mencapai 300 kota di seluruh Indonesia. Jumlah Kota Broadband ini akan dikembangkan menjadi 470 kota pada tahun 2014.

Semakin banyaknya Kota Broadband akan meningkatkan akses telekomunikasi berbasis data dengan kecepatan tinggi dan mendorong peningkatan ekonomi serta membuka peluang daerah tersebut untuk berkembang. Penambahan Kota Broadband dilakukan untuk membangun ekosistem DNA (device, network, application).

DNA dipercaya dapat membangun masyarakat Indonesia yang berwawasan teknologi dan bergaya hidup digital, meski investasinya tidak kecil. Pembangunan BTS 3G dan ekosistem DNA di banyak wilayah membuat investasi yang dilakukan operator menjadi meningkat. Investasi semacam ini bagi operator merupakan investasi jangka panjang dan keuntungannya tidak dipetik sekarang.

Public Relations Manager XL, Henry Wijayanto, mengatakan saat ini layanan voice dan SMS masih menjadi penyumbang pendapatan operator. Meski grafi knya cenderung datar, layanan suara dan SMS masih menjadi andalan, sementara layanan data yang trafiknya meningkat tajam masih dalam tahap pengembalian investasi dan belum menjadi revenue.

“Voice dan SMS itu absolute revenue, sedangkan layanan data masih menjadi potential revenue,” ujar dia Rabu (2/1). Henry menambahkan sekarang ini investasi yang dilakukan XL dengan menambah BTS 3G hingga 11 ribu BTS pada 2012. Investasi teknologi semacam ini membutuhkan dana besar. Jika tidak dilakukan peningkatan teknologi maka layanan akan ketinggalan sehingga bisa ditinggalkan pelanggan.

Tergerus “Over the Top”
Pada kondisi iklim industri telekomunikasi yang kompetitif, ternyata justru over the top (OTT) yang konsisten mendapatkan untung besar. Para OTT, seperti WhatsApp, Facebook, Twitter, YahooMesengger, Blackberry, dan lainnya terus mengeruk keuntungan dari jaringan yang disediakan operator. Pendapatan FB naik menjadi 1,58 miliar dollar AS pada kuartal III-2012, sementara Twitter diproyeksikan akan mencapai 129,7 juta dollar AS pada 2013 yang disumbang dari iklan mobile.

Dengan pengguna FB mencapai 50 juta di Indonesia, sebenarnya pengguna Tanah Air menyumbang hingga 252 juta dollar revenue bagi Facebook. Lembaga riset Ovum merilis studi yang menyebutkan pada 2012 pendapatan operator telekomunikasi akan tergerus 23 dollar AS atau sekitar 220 triliun.

Kini, layanan SMS dari operator tidak lagi menjadi pilihan utama berkomunikasi. SMS diganti dengan layanan chatting dari OTT yang gratis. Banyaknya aplikasi chatting ini membuat pendapatan operator banyak terserap ke OTT, layanan operator seperti SMS hanya menjadi pilihan kedua.

Dirut Telkomsel, Alex Janangkih Sinaga, mengatakan Telkomsel kini giat mengembangkan ekosistem DNA, salah satunya dengan mengembangkan aplikasi lokal yang diharapkan dapat menyaingi apa yang dimiliki para OTT. “Uang yang lari ke OTT sangat besar sehingga perlu didorong adanya OTT lokal agar devisa kita tidak lari,” kata Alex, beberapa waktu lalu.

Untuk mengakses aplikasi dari OTT semacam Facebook dibutuhkan bandwidth yang besar. Ini berbeda kalau bandwidth untuk mengakses aplikasi atau laman lokal. Akses ke luar negeri berpengaruh pada kecepatan jaringan operator dan ongkos lebih besar.

Merespons hal ini, Nonot mengatakan Indonesia masih menjadi konsumen baik dari perangkat seluler maupun dari aplikasi. Karenanya, perlu membangun industri perangkat dan aplikasi yang berkualitas setara dengan yang dimiliki para produsen gadget dan para OTT. (hay/E-6; http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/109458)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close