Kristiani dan Hindu
Kita hamba Allah, bukan hamba uang
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan
barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar.” – Lukas 16:10
Saudaraku terkasih di dalam Kristus, kita adalah ujung tombak Gereja-Nya bagi keluarga, saudara seiman, dan sesama supaya mereka “diselamatkan dan memperoleh pengetahuan kebenaran” (1Tim 2:4). Kita menyatu dalam tatanan dunia sebagai saksi Kristus dengan membawa kebenaran, keadilan, dan damai-Nya (Luk 16:10).
Kita bisa melangkah seperti itu karena kuasa kasih Kristus (2Kor 5:14), yang telah membayar lunas dosa kita dengan mencurahkan darah-Nya lewat sengsara dan kematian-Nya (1Kor 6:19-20). Jadi, kita melayani untuk membalas kasih-Nya dan Tuhan berharap panenan itu berlimpah (Yoh 15:16).
Ketika saudari kematian tiba, kita tentu tidak ingin menerima teguran-Nya: “Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu karena engkau akan berhenti bekerja” (Luk 16:2), karena Dia akan membuat perhitungan (Mat 25:19).
Semoga kelak Yesus tidak berkata: “Tidak satu pun dari pekerjaanmu yang Aku dapati sempurna di hadapan-Ku” (Why 3:2), tetapi berkata: “Bagus sekali hamba yang baik dan setia” (Mat 25:21). Yesus mendorong kita agar senantiasa siap untuk mempertanggung jawabkan seluruh langkah kehidupan (Mat 24:43; 25:13).
Karenanya, “dalam seluruh tindakanmu, ingatlah akan akhir hidupmu dan engkau tidak akan pernah berdosa” (Sir 7:36), termasuk tidak menjadi hamba uang sehingga menduakan Allah (Luk 16:13). “Janganlah malas dalam melakukan tugas kewajiban. Hendaklah penuh semangat dalam Roh dan abdilah Allah” (Rm 12:11), supaya “mengalahkan dunia” karena “percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah” (1Yoh 5:5).
Inilah yang sebaiknya tertanam jauh di lubuk hati kita agar mendatangkan semangat dan keberanian untuk melangkah dan percaya kepada kasih Allah (1Yoh 4:16). Kita tidak berpikir hal-hal duniawi karena percaya Allah tahu kebutuhkan hidup anak-anak-Nya (Mat 6:8). Selain, itu hanya “menuju kebinasaan” (Flp 3:19).