Sepeda
Di kota banyak sekali sepeda, apalagi hari Minggu. Sepeda di kota umumnya adalah alat olah raga dan rekreasi. Anak kota pun memiliki sepeda sebagai permainan. Lain halnya di desa. Sepeda menjadi alat transport utama. Sepeda bertebaran di pinggir sawah-kebun, menunggui pemiliknya selesai bekerja. Sepeda-sepeda kuno juga tidak sedikit, kebanyakan peninggalan orang tua atau kakek neneknya.
Sepeda juga menjadi alat transport utama anak sekolah. Pagi hari jalan-jalan di desa sibuk berlalu lalang anak sekolah bersepeda. Jarak sekolah dengan rumah terkadang tidak dekat dan harus melalui ladang dan sawah yang cukup luas.
Kendaraan umum tidak ada. Ojeg pun tidak ada. Pilihannya hanya berjalan kaki atau bersepeda. Sepeda menjadi andalan transportasi mereka yang utama. Tempat parkir sepeda di sekolah-sekolah penuh sesak dengan sepeda para siswa.
Karena sepeda masih banyak, maka bengkel sepeda juga masih diperlukan. Sepeda memerlukan perawatan atau reparasi manakala terjadi kerusakan. Spare parts sepeda juga cukup laris. Jasa
terlaris adalah ban sepeda, tambal ban adalah pekerjaan sehari-hari sebuah bengkel sepeda.
Ban sepeda juga menjadi dagangan yang paling banyak di butuhkan. Di sebuah kota kecamatan, saya masih menemukan sebuah toko sepeda yang memiliki belasan sepeda kuno, belum dikenal oleh para pemburu barang antik.
Penduduk desa layak bersyukur, badannya sehat karena banyak menggenjot pedal sepeda dan udaranyapun belum banyak disemprot knalpot kendaraan bermotor. (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.