Tempat kerja OPMC
Saya juga punya pengalaman ketika saya ditugaskan menghandel konsultan OPMC dari Jepang waktu itu kira2 tahun 1994. Kebetulan dia diberi ruangan lengakap dengan komputer dan meja kerja khusus, satu ruangan dengan saya disitu.
Hari pertama sebelum dia bekerja yang ditanyakan adalah : Kita masuk jam berapa, istirahat jam berapa dan pulang jam berapa. Saya katakan padanya, masuk jam 7.30, istirahat jam 12.00 samapi jam 13.00, pulang jam 16.00.
Hari pertama dia bekerja start jam 7.30 dan samapi jam 12.00 komputer dimatikan, dia saya ajak turun untuk makan di kantin serta istirahat sejenak, jam 12.50 dia ngajak kembali keruang kerja dan jam 13.00 dia mulai bekerja kembali. Beberapa pertanyaan yang dilontarkan kesemuanya yang terkait dengan pekerjaan dia. Jam 16.00 komputer dimatikan dia pamit
pulang.
Hari kedua berjalan seperti itu juga namun rupanya sudah banyak menyimpan pertanyaan didalam pikirannya.
Hari ketiga dia sudah mulai akrab dengan suasana dan tiba-tiba ketika bekerja kembali sehabis istirahat dia bertanya pada saya begini :Diruang sebelah istirahatnya jam berapa ?
Rupanya dia melihat diruang lain masih ada yang bercanda, bahkan ada yang merokok sambil makan makanan kecil diruangan.
Dengan rasa agak malu saya ceritakan budaya kerja di Indonesia seperti itu. Namun anehnya beberapa hari kemudian diapun ikut menikmati budaya itu bahkan dia mengeluhkan budaya kerja mereka di Jepang yang menempatkan manusia tidak lebih dari sebuah robot.
Dia merasa dengan suasanya kerja seperti ini ternyata tidak mengurangi produktifitas kerja sedikitpun, justru sebaliknya tingkat stress bisa ditekan sehingga badan tetap bugar sehabis kerja.
Entah ini awal yang bagus bagi dia atau sebaliknya karena setelah kembali ke Jepang kami gak pernah kontak lagi. (Supriyoko Pramono)-FR