Kata tersesat dapat mewakili banyak arti, bisa berarti hilang arah, hilang kendali atau bisa juga hilang entah kemana. Namun saya hanya akan menggambarkan dua kondisi yang nampaknya bertolak belakang. Yang pertama adalah, ketika anda memilih untuk bersikap, hanya akan ada dua pilihan, salah atau benar.
Namun persoalannya apabila anda selalu merasa sempurna akan banyak hal, dan anda sangat mempercayai bahwa sikap anda adalah selalu benar, maka dapat dipastikan anda akan selalu tersesat. Karena pada saat itu yang anda lihat adalah dari sudut pandang anda sendiri, bukan orang lain di sekitar anda.
Satu perspektif yang sangat tidak sempurna, karena hanya akan terlihat satu sisi, yakni sudut pandang sendiri. Padahal di dunia tidak pernah ada satu kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran relative. Pasti akan ada banyak kemungkinan bahwa kebenaran yang anda yakini adalah ternyata sesuatu yang salah.
Bisa anda bayangkan saat anda beranggapan anda lah yang paling benar tanpa pernah secara bijak mempertimbangkan posisi orang lain serta memahami pandangan dan kultur orang lain, anda tak akan pernah menyadari kalau ternyata anda yang salah dan “hilang arah”, artinya anda akan selalu tersesat.
Kondisi yang kedua, bila anda ingin selalu dalam keadaan tidak pernah tersesat, gampang koq, anda cukup membuang jauh-jauh tujuan hidup anda, yakinlah anda tidak akan pernah tersesat. Soalnya bagaimana anda akan tersesat wong memang anda tidak mempunyai tujuan hidup, jadi meskipun anda hilang arah dalam belantara kehidupan ini, secara tehnis anda tidak bisa dibilang tersesat, karena anda memang tidak mempunyai tujuan dan arah hidup.
Nah, sekarang terserah anda, mana yang akan dipilih, selalu tersesat atau tidak pernah tersesat. Atau anda mempunyai pilihan ketiga yang anda sudah tentukan sendiri, boleh-boleh saja terserah yang mana yang anda pandang paling cocok dengan anda. Gitu aja kok repooot. (Pak Oto; http://m.kompasiana.com/post/read/224198/2/mana-yang-akan-anda-pilih-selalu-tersesat-atau-tak-pernah-tersesat.html)-FR
