Psikologi

Tumbangnya Motivator

Pada waktu itu hidup kami masih terbenam dalam lumpur kehidupan, yang serasa setiap saat semakin merengut dan menghisap hidup kami semakin dalam.Saya mengapai kesana kemari.dalam upaya mencari sesuatu yang bisa dijadikan pegangan . Salah satunya adalah mengikuti seminar dari para motivator terkenal. Walau untuk bisa hadir, saya harus mengikhlaskan satu bulan hasil kerja keras . Pokoknya saya bertekad:” Saya mau mengubah nasib saya!”

 

Salah satu yang saya ikuti adalah seminar dengan judul “Meraih Sukses” Jujur, pada waktu itu rasa percaya diri saya rasanya sudah sampai ketitik nadir kehidupan. Karena apapun yang saya usahakan selalu gagal. Jadi pedagang keliling Padang Medan,gagal .Semua modal ludes . Malahan utang sama tante kami menumpuk.

 

Mencoba menjadi buruh di pabrik karet di daerah Petumbak ,Deli Serdang ,selama dua tahun,hanya menghasilkan bertambahnya penderitaan . Saya terkena malaria yang akut. Utang masih belum terbayar. Sepertinya setiap usaha ,selalu membentur tembok.

 

Namun,saya yakin,pasti ada jalan. Tapi dimana atau kemana? Jujur ,saya sama sekali tidak melihat jalan itu. Berdoa? Setiap pagi ,siang,malam , bahkan rasanya setiap detik saya berdoa. Tapi, saya memahami, tidak mungkin Tuhan turun, untuk menjawab doa saya. Jadi saya harus mencari jawabannya dengan berusaha. Karena walaupun kondisi kehidupan kami dalam sekarat,saya masih waras dan memahami, bahwa tidak ada orang yang bisa mengubah nasib saya, kecuali saya sendiri

 

Titik Balik Kehidupan

Nama Sang Motivator saja sudah membuat saya terkagum kagum. Karena di depan dan dibelakang namanya , tertulis beberapa titel yang membuat saya manggut manggut, walaupun saya tidak tahu persis apa kepanjangan dari titel tersebut. Pokoknya hati saya lega. Nggak salah alamat ,nggak rugi  bayar mahal, karena Sang Motivator titelnya saja sudah membuat saya terkagum kagum.

 

Ketika acara dimulai,musik pengantar berupa lagu lagu mars, yang membangkitkan semangat juang ,membuat saya merinding. Mungkin saking lelahnya hidup dalam penderitaan yang bagaikan tak berkesudahan, membuat saya rapuh. Sehingga mendengar musik saja, bisa membuat perasaan saya ngggak karuan.

 

Musik mendadak sontak berhenti. Layar di pentas terkuak dan muncullah Sang Motivator yang tinggi dan gagah. Berpakaian jas lengkap ,masuk sambil melambaikan tangan. Tepuk tangan yang sangat meriah menyambut kehadiran Sang Motivator.

 

“SELAMAT PAGI SEMUANYA!!…

“Selamat pagiiiiiiii”…hadirin menjawab, seperti sebuah koor, tanpa komando.

Wonderful, kata demi kata dari Sang Motivator, saya lumas habis habisan. Membuat saya serasa melambung lambung. Sepertinya sukses itu sudah “terhidang” di depan mata saya. Tinggal bagaimana saya menyantapnya saja.

 

Wonderful..fantastic… itulah komentar yang keluar dari hati saya dan yakin keluar juga dari hati hampir seratus orang yang hadir pada waktu itu. Tiap sebentar tepuk tangan gemuruh,mengelu elukan Sang Motivator.

 

Berlatih Percaya Diri

Sehabis santap siang dan istirahat sejenak, semua peserta diminta duduk dalam ruangan yang tanpa kursi. Ada setumpuk potongan papan yang terlihat ditengah ruangan. Sesaat kemudian Sang Motivator tiba dan memberikan instruksi ,agar masing masing perserta mengambil dua potongan papan yang tertumpuk disana.  Kemudian diberikan aba aba, untuk mematahkannya dengan tangan kosong.

 

Saya kasian melihat , ada perserta yang tangannya sampai biru dan bengkak, tapi papannya tidak patah. Bagi saya papan dua lembar itu tidak ada artinya,karena sejak kecil saya sudah terlatih untuk mengunakan telapak tangan kosong.

 

Beberapa saat kemudian,yang merasa mampu untuk mematahkan 4 lembar papan sekaligus,diminta maju ketengah ruangan. Ternyata dari hampir seratus orang perserta,hanya 14 orang yang maju, termasuk saya. Hasil “kompetisi” tanpa judul ini, hanya 6 perserta yang berhasil. Bagi saya ,apalah artinya papan 4 lembar ? Karena hidup sendiri sudah bagaikan batu karang.

 

Keenam “pemenang”termasuk saya , diminta berdiri dan tepuk tangan yang meriah untuk kami. Tapi aneh, saya sama sekali tidak merasa bangga. Karena saya bisa memecahkan buah kelapa dengan telapak tangan kosong. Jadi saya sama sekali tidak bangga dengan hanya mematahkan papan tersebut.

Acara meriah ini berlangsung hingga sore mendatang.

 

Malam Inaugurasi

Malamnya ,diselenggarakan acara “inaugurasi” . Semua berpakaian amat rapi dan bagus,kecuali saya. Jujur,hal ini membuat saya risih. Saya hibur diri saya,bahwa saya tidak perlu malu,toh saya salah satu pemenang kompetisi karate tadi siang.

 

Ada api unggun ditengah tengah..menambah syahdunya acara malam inaugurasi tersebut. Sebagai apresiasi bagi para pemenang, maka satu persatu diminta tampil kedepan untuk mengikrarkan impian atau cita citanya..

 

Perserta yang tampil pertama menyampaikan :” Saya bercita cita ingin menjadi seorang Pengusaha yang sukses dan saya yakin dalam 10  tahun mendatang impian saya akan jadi kenyataan…”.Tepuk tangan meriah membahana memenuhi ruangan..

 

Perserta kedua dengan sangat elegan tampil mempersona:” Saya memiliki impian , suatu waktu akan memiliki rumah permanent. Saya yakin dalam waktu 5 tahun mendatang,impian saya akan jadi terujud….’ Kembali tepukan tangan yang meriah…

 

Saya dapat giliran terakhir ..hening,sepertinya semua yang hadir menanti, apakah saya berani menyampaikan impian saya. Dengan mantap saya tampil dan berkata: ”Saya punya impian…suatu waktu , bersama istri saya, kami akan mengunjungi 5 benua di dunia…Saya yakin…”

 

Tapi saya tidak berkesempatan menyelesaikan kalimat saya, karena yang hadir bersorak huuuuuuu………….huuuu…… Saya mundur dan tidak jadi meneruskan kalimat saya… Sang Motivator berdiri,meraih microphone dari tangan saya…

Hening………..

 

.”Saudara saudara….sekali lagi tepuk tangan untuk teman teman kita yang tadi sudah berani menyampaikan impiannya secara terbuka didepan kita…sekali lagi applaus bagi kita semuanya….” Maka tepuk tangan dan sorak sorai kembali memenuhi ruangan.

Sang Motivator mengangkat tangannya dan semuanya hening…

“Khusus kepada teman kita “Effendi.”.kita semuanya salut keberanian anda untuk menyampaikan impian anda secara terbuka ..tetapi……kalau boleh saya sarankan….bermimpilah yang masuk akal…jangan seperti orang bermimpi disiang bolong……”

Maka meledaklah suara ketawa yang hadir…

 

Bagi saya , bagaikan petir yang menghantam diri saya dan membakar seluruh sendi sendi hidup yang ada dalam diri saya. Malam itu saya jadi objek gurauan.,..bahan ejekan.. “Hmm keliling dunia nih yeee…” bisik bisik mereka, yang amat jelas saya dengarkan.

 

Tetapi sungguh aneh, ejekan mereka tidak mampu menghapuskan impian saya, malah saya tidak tahu darimana saya bakal dapat uang untuk mewujudkan impian tersebut.semakin memotivasi diri saya untuk membuktikannya..Walaupun,jujur

 

Hidup Bersifat Dinamika

Hidup bersifat dinamika. Bergerak dari waktu kewaktu , dari satu sudut ke sudut yang lain. Sungguh Tuhan Mahabesar!  Selalu membuka jalan bagi umatnya yang mau mengubah nasibnya.  Suatu waktu saya dan istri berada diruang tunggu keberangkatan di Bandara Internasional Sukarno Hatta.

 

Dihadapan kami duduk seorang yang rasanya saya kenal baik. Saya berpikir sesaat..:’ Yaa ini adalah Sang Motivator saya, yang telah memotivasi saya dengan cara dan gayanya tersendiri”

Saya berdiri dan menyapa :’Selamat pagi Pak..Saya Effendi, salah satu perserta Seminar Meraih Sukses , 10 tahun lalu…” Ia memandangi saya dari atas kebawah dan menyambut uluran tangan saya,sambil berkata :’ Oya ,saya masih ingat Effendi..  Hmm mau berangkat kemana nih?

 

“Kami mau ke Afrika Pak,melengkapi impian kami mengunjungi 5 benua di dunia… Ini berkat motivasi dari bapak juga..”

Ia terdiam sesaat..:’ Oya,selamat yaa …selamat ‘ , namun saya melihat matanya berkaca kaca. Entah karena bangga ,karena salah satu anak didiknya berhasil mencapai impiannya atau ada hal lain,sungguh saya tidak tahu.

 

“Maaf, kalau Bapak sendiri mau kemana ?” tanya saya perlahan..

Untuk sesaat tidak ada jawaban…kemudian dengan suara yang hampir tidak kedengaran :” Saya mau pulang kampung ke Medan..karena saya tidak lagi memimpin seminar.. tidak ada perserta.. “

 

Sungguh hati saya sangat terenyuh.. merasakan betapa pedih dan perih hatinya,menyaksikan bahwa orang yang dimotivasinya , berhasil meraih impiannya, namun dirinya sebagai Sang Motivator yang dikagumi banyak orang ,harus pulang kampung…

 

Kini wajah Sang Motivator penuh dengan guratan ketuaan dan kelelahan, padahal umurnya hanya beda dua tahun dari saya…

Tidak seorangpun bisa mengubah nasib kita, kecuali diri sendiri/kisah hidup yang saya lakoni

 

Tiba tiba …

“Effendi…anda layak jadi motivator yang sesungguhnya…karena anda sudah menjalani semuanya…  Sedangkan saya , hanya mengandalkan titel dan kemampuan berbicara, tapi tidak pernah menerapkan dalam kehidupan nyata. Tolong anda ingatkan teman teman anda, agar jangan menjadi seperti saya..

Jangan pernah mengajarkan sesuatu yang anda sendiri belum pernah menjalaninya…  tapi mohon ,nama saya jangan disebut ya… Kalau anda masih menulis, anda boleh memberi judul ” Tumbangnya Sang Motivator”.. Agar jangan lagi ada motivator yang tumbang seperti saya…

 

Mendengar ini, spontan saya merangkulnya .”Bagi saya pribadi , Bapak adalah tetap Sang Motivator. “kata saya dengan sejujurnya..  Kami berdua bertangisan..

 

catatan: Dulu untuk makan sehari 3 kali saja, sudah merupakan hal yang sangat sulit untuk kami. Bahkan untuk sebungkus nasi rames yang akan kami makan bertiga, saya harus menebalkan muka untuk berhutang…Sungguh Tuhan Mahabesar…kini kami bisa menikmati liburan ke 5 benua.. Betapa Mahapengasihnya Tuhan….” (Perth, 01 Juli,2013; Tjiptadinata Effendi; http://filsafat.kompasiana.com/2013/07/01/tumbangnya-seorang-motivator-573548.html)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close