Ceritera STO Manyar-(1)
Ketika dinas di Surabaya, STO Manyar akan diresmikan Menparpostel. Saya bertanggung jawab agar saat peragaan bicara pak Menteri keluar negeri switching dan transmisinya ok. Teman lain diantaranya eman2 yang bertugas menata lay out dari halaman kantor tempat meja peragaan, tempat bunga, tenda dan kursi2 para undangan. Pada waktu itu musim hujan, hari selalu mendung sehingga dikawatirkan pada hari “H”nya terganggu gara2 hujan. Rupanya untuk mengantisipasi hal tsb mereka memanfaatkan jasa pawang hujan. Pada hari “H” si pawang hujan (sebut saja si Mbah) pun dijemput dengan mobil dinas ketempatnya. Pagi2 si Mbah hadir dihalaman STO dengan membakar dupa / kemenyan. Waktu itu langit mendung tapi hujan tidak turun. Harapan satu2nya adalah si Mbah agar acara bisa lancar, waktu si Mbah minta disediakan minuman kopi karena haus maka panitiapun berebut untuk membeli kopi ke warung. Demikian juga waktu si Mbah minta rokok maka panitia terus lari mencari rokok ke kios. Pokoknya apa kebutuhan si Mbah semua dipenuhi antara lain karena si Mbah ingin duduk bersila maka terus dbeli karpet utk tempat duduk si Mbah. Demikian menjelang siang acarapun usai tanpa hujan, apakah krn jasa siMbah atau secara kebetulan sayapun gak tahu. Tamu2 sudah berpulangan, si Mbah yang dari tadi berkomat-kamit mungkin sudah haus lagi dan minta lagi kopi. Tapi yang melayani si Mbah gak ada lagi ada satu orang malah dia bilang kalau warung kopi sudah tutup. Kemudian si Mbah mau minta rokok lagi dan panitia bilang warung rokok jauh, kalau warung yg dekat rokoknya gak bagus, sdh basi, katanya. Waktu si Mbah minta diantar pulang maka mereka mengatakan bhw mobil sibuk jadi si Mbah naik angkutan saja. Dalam hati saya: habis manis sepah dibuang. Untung mereka gak lupa menyalamkan amplop tanda terima kasih sewaktu si Mbah mau pulang. Maka waktu itu dilingkungan teman2 di kantor ada istilah “nasip pawang hujan” , diperhatikan hanya waktu butuh saja. (Santos Kacaribu)-FR