Merasa Sakit Itu Bukan Sakit
Ada beda antara betul sakit dengan merasa sakit. Kian banyak orang sebetulnya tidak sakit, namun merasa dirinya sakit. Mengapa? Boleh jadi lantaran kelewat banyak tahu ihwal gejala penyakit, mendengar kasus penyakit, serta yang serba menyeramkan dari pergaulan sehari-hari. Termasuk membaca majalah, koran, tabloid, serta mengembara di dunia cyber. Sebagian informasi medis tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya
Gejala, keluhan, atau tanda (sign) bukan hanya milik satu penyakit saja, melainkan bisa menjadi milik banyak penyakit. Sebut saja keluhan mual bukan Cuma sebab radang lambung atau maag karena masih ada sederet penyakit lain yang awalnya hanya mual. Gangguan hati, pankreas, usus duabelas jari, bahkan gangguan jantung pun awalnya muncul sebagai keluhan mual saja.
Karena itu, kalau muncul keluhan gejala, atau tanda penyakit, tak perlu ter-sugesti seolah sudah pasti terkena penyakit yang disangkakan sendiri. Hanya karena keluhan mual ternyata kanker lambung, tidak berarti yang mengeluh mual semuanya kanker lambung. Bisa jadi hanya maag, kalau bukan Cuma lantaran terlambat makan.
Nalar medis seseorang akan bertambah tajam kalau mengenal lebih dalam ihwal segala penyakit, perjalanan, serta tabiatnya. Bahwa suatu keluhan yang kita rasakan memang bagian dari awal penyakit apapun. Namun apakah keluhan itu tunas dari suatu penyakit besar, penyakit parah, penyakit menyeramkan, ditentukan oleh semakin bertambah banyaknya keluhan lain yang muncul, kemunculan gejala penyakit, serta tanda-tanda penyakit.
Makin luas dan lebar wawasan seseorang ihwal kesehatan dan penyakit, makin tajam nalar medisnya untuk tidak gampang merasa diri sakit. Perlu banyak membaca, ikut seminar, dan mendengar informasi medis dari sumber yang bertanggung jawab, bukan berasal dari mitos dan takhayul. (Sumber: Gaya hidup sehat 562 dan http://www.yakestelkom.or.id)-FatchurR