Belanda kesebelasan unggulan
Kesebelasan Belanda tentu saja lebih diunggulkan dari pada Turki, tapi sampai pertandingan hampir berakhir Turki unggul 1– 0. Tapi Turki yang lagi diatas angin malahan sudah puas dengan kemenangannya dan berusaha mengulur waktu.
Setiap kesempatan selalu dipakai agar waktu dihabiskan untuk memungut bola, ganti pemain sengaja dilambat-lambatkan dan melakukan hal-hal yang tidak perlu. Mental cepat puas ini dimanfaatkan
Belanda untuk menyamakan 1 – 1, dimenit-menit akhir.
Pada waktu yang hampir bersamaan, di channel lain, hal serupa terjadi. Bulgaria unggul 2 -1 atas Italia sampai menit-menit terakhir. Bulgaria merasa sudah unggul. Mengendorkan serangan akhirnya Italia bisa menyamakan kedudukan 2 – 2.
Paul G Stoltz pencetus Adersity Quotient menyebutkan bahwa mental cepat puas ini yang menghalangi prestasi puncak. Mengapa cepat puas? Mengapa tidak berusaha memperlebar jarak? Bila bisa
1 – 0, mestinya bisa 2 – 0. Kalau bisa 2 – 1 mestinya bisa 3-1.
Demikian pula dalam amal ibadah. Seorang ustadz pernah berceramah bahwa dalam amal dan ibadah kita tidak boleh cepat puas. Merasa sudah banyak beribadah. Merasa sudah cukup. Tidak.
Tidak pernah cukup.
Mungkin ada benarnya ya? Hasil akhir kelak yang menjadi ukurannya. (Salam; Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR