Kita sudah tua?
Moga-moga kesehatan meningkat, umur teman teman-teman P2Tel 90-100th atau lebih, dan semangat tinggi. Yang dikatakan bu Sulasikin Moerpratomo, Mantan Menteri Urusan Peranan Wanita dan Ketua Dewan Pembina Paguyuban Masyarakat Pacitan (PMP), Jatim itu benar, jangan pernah merasa diri sudah tua. Kalau guyon boleh.
Tapi bila serius dan menghayati, diri kita tua, ini fatal. Otak Ciptaan Tuhan dengan 100 Milyar neuron, masing2 neuron mampu setara komputer Pentium 4, tidak dimanfaatkan dengan baik, karena sudah diperintahkan berhenti bekerja, sudah tua. Dan sekali berhenti tidak akan bisa dihidupkan kembali. Makin pikun, menyerah, dan faya con dios, selamat jalan untuk selamanya.
Superban yang saya tumpangi (saya duduk di sebelah kanan belakang), ditabrak lokomotif KRL di daerah Merak, menuju Anyer Kidul. Saat itu, tahun 1966, sedang membangun hubungan VHF Anyer Kidul ke Bukti Bunut, Lampung.
Saat melihat lokomotif tiba2 datang cepat tanpa suara dari balik pohon2 sebelah kanan, berwarna hijau-kuning sama dengan warna pohon, saya terdiam. Jarak lokomotif ke jalan penyeberangan ril hanya 40-50 meter, dan kami hanya 10-15 meter dari ril yang memotong jalan (tidak ada pintu penutup, hanya ada tanda lintasan KRL yang tak terlihat si sopir).
Sopir terkejut atas teriakan penumpang wanita (teriakan perempuan yang menyelamatkan: Kereta), secara refleks sopir memindah percepatan (versnelling) ke satu sambil injak gas memacu kecepatan. Badan superban lewat kecuali bagian belakang tepat dekat sisi tempat saya duduk masih diserempet lokomotif.
Untungnya jalan dan ril membentuk sudut tumpul yang menguntungkan dan tidak menyeret superban. Superban terputar 90° beberapa meter dari ril. Semua selamat, termasuk saya yang terdekat dengan bahaya. Badan mobil bekas serempeten, merekah bergaris-garis lubang panjang seperti lubang angin tutup kap mobil zaman dahulu, karena panasnya gesekan.
Yang ingin saya ceritakan, bahwa dalam waktu beberapa detik sebelum serempetan itu, memori dalam otak saya memindai (scan) hampir seluruh kehidupan saya, termasuk tidak akan bisa bertemu pacar lagi, untung si Fardosi (bendaharawan) yang berhalangan ikut, dan puluhan ingatan masa lampau dalam sedetik-dua detik saja. Bayangkan berapa kecepatan memori kita. (Salam; AphD)-FR