Test untuk calon Polisi
Di india sana lagi ada tes kelayakan jadi prajurit polisi. Sang komandan yg biasa di panggil tuan Takur yg turun tangan untuk menguji para prajurit tadi. Ada seorang prajurit yg gagal melakukan eksekusi tembak, tembakan nya selalu meleset
Tuan Takur: ” Ini kuberikan kamu 10 peluru dan harus mengenai minimal 1 tmbakan.”
prajurit : “siap komandan”. Dan lagi2 prajurit ini gagal mengenai sasaran, lagi2 tembakan nya meleset.
Tuan Takur pun sudah emosi dengan prajurit ini dan ia berkata pada prajurit, Katanya “Kamu gak guna jadi polisi. mending tembak aja kepala mu itu”
Prajurit yg sudah depresi serta di bawah tekanan sehingga frustasi dan berniat melaksanakan apa yg komandan nya perintahkan tadi untuk menembak kepala nya sendiri. Selanjutnya prajurit masuk ke dalam ruangan, tiba2 terdengar suara tembakan dari dalam ruangan si prajurit.
Tuan takur pun kaget bukan main, takut kalau si prajurit melaksanakan perintah nya tadi. Selang beberapa saat prajurit pun keluar dari ruangan tersebut.tuan Takur kaget lagi.
Tuan Takur: ” Heiii apa yang kamu tembak tadi.?
Prajurit: “Kepala ku komandan”.
TuanTakur: “lhoo kok ga mati?”
prajurit: ” Pelurunya meleset lagi komandan”.
Tuan Takur: “gubbbl*g @#%&&**” (Suhirto M; dari milis sebelah)-FR
———-
Pemiliknya Kirangan
Suatu hari Mbah Wonokairun sedang jalan jalan dikota kelahirannya yaitu Surabaya.
Tiba tiba seseorang bernama Brudin menghampirinya lalu bertanya.
Brudin : “Mbah gedung hotel yang tinggi didepan kita itu milik siapa mbah ??”
Mbah Wono : “ Kirangan”
Kemudian Brudin tanya lagi : ”Mbah kantor bank yang mewah itu punya siapa mbah??”
Mbah Wono : “ kirangan”
Sementara Brudin manggut manggut kagum. Brudin : “kalo gedung mall itu milik siapa mbah ??”
Mbah Wono : “ kirangan” jawab mbah agak kesal.
Brudin :“ Wah hebat dan sangat kaya sekali kirangan itu..” lalu meninggalkan mbah Wono lalu naik angkot yang kebetulan lewat.
Didesanya Brudin bercerita kepada teman teman dan keluarganya bahwa di Surabaya ada orang paling kaya dan sukses bernama “Kirangan” Beberapa temannya memberi dorongan agar Brudin ngumpulin uang untuk bisa belajar sukses kepada Pak“Kirangan”. Akhirnya tekad itu dijalankan oleh Brudin dengan menjual sawahnya.
Beberapa bulan kemudian Brudin datang lagi ke Surabaya dengan membawa uang lima puluh juta rupiah untuk ongkos belajar ilmu sukses dari orang dianggap paling kaya di Surabaya , namun dia tak tahu tempat tinggalnya.
Ditengah jalan dia berhenti karena ada iring iringan mobil jenazah. Lalu Brudin bertanya kepada orang yang ada disebelahnya. Budin : “ Pak, siapa yang meninggal dunia itu ??”
Bunali :”Kirangan..”
Brudin :”Apa? Kirangan? Waduh, aku terlambat kenapa Pak kirangan begitu cepat mati, pada hal aku mau belajar sama dia…sial. sial..!!! Huuuuuhuuuhhh.
.Bunali melihat Brudin menangis jadi ter-heran2 sambil bergumam “Gendeng barangkali wong iki”
@ kirangan adalah bahasa Jawa yang artinya tidak tahu. (Suhirto M; dari milis sebelah)-FR