Tol Solo Kertosono sempat mangkrak ber-tahun2
Jakarta –Bulan Juli ini, Presiden Jokowi didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyambangi Kota Solo untuk memantau langsung Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono dengan panjang 176,7 km. Jalan tol ini punya sejarah panjang hingga sempat mangkrak bertahun-tahun.
Ruas jalan tol Solo-Ngawi dibangun dan dikelola BUJT PT Solo Ngawi Jaya. Sementara ruas jalan tol Ngawi-Kertosono oleh BUJT PT Ngawi Kertosono Jaya. Dua BUJT tersebut semula dimiliki 100% oleh PT Thiess Contractors Indonesia (TCI), perusahaan konstruksi asal Australia.
Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, pembebasan lahan untuk jalan Tol Solo-Ngawi sudah mencapai 91,57%, perkembangan fisik belum menunjukkan perkembangan yang signifikan meski telah dibantu pengerjaannya oleh pemerintah.
Dari 90,1 Km, pemerintah membantu pengerjaan sekitar 20,9 km. Hingga 2014, bagian pemerintah telah berjalan sekitar 48%. Adapun pekerjan yang dilakukan oleh Pemerintah adalah pembetonan dan pengaspalan jalan tol sepanjang 0,6 km di ruas Colomandu-Karanganyar dengan biaya Rp 14 miliar di tahun 2009.
Kemudian pada tahun pekerjaan dilanjutkan dengan membangun konstruksi fisik lajur jalan tol yang melintas Sungai Bengawan Solo. Pada tahun 2010 dibangun struktur bawah Jembatan Bengawan Solo sepanjang 300 meter dan Underpass Kemiri dengan anggaran sebesar Rp 53 miliar. Pada tahun 2011 dibangun struktur atas Jembatan Bengawan Solo sepanjang 300 m dan jalan tol sepanjang 2 kilometer serta 2 buah underpass dan 1 buah overpass.
Selanjutnya pekerjaan dilanjutkan dengan dibangunnya jalan tol sepanjang 3,85 km dan 3 buah overpass di tahun 2012 dengan dana Rp 105 miliarm.
Gesitnya pembangunan yang dilakukan pihak pemerintah tidak diimbangi dengan ketegasan sikap ke pada pihak investor sehingga paket pekerjaan yang menjadi bagian investor swasta baru berjalan 5,29%.
Sementara itu, untuk ruas satunya yakni Ngawi-Kertosono sepanjang 86,6 km pembebasan lahannya baru berjalan 60,39% dan tak menunjukkan perkebangan lagi hingga saat ini. Pengerjaan fisik konstruksi jalan pun belum bisa dilakukan karena lahan yang tersedia belum mencapai 75%
Langkah tegas pemerintah baru bisa dilakukan di tahun 2015. Langkah tegas yang dimaksud adalah dengan mengambil alih kepemilikan dua ruas jalan tol ini dari TCI lewat dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Jasamarga (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero).
Langkah tegas lainnya adalah dengan mengambil alih proses pembebasan lahan dari yang semula oleh investor menjadi oleh pemerintah.
“Kita pakai undang-undang baru tentang penyediaan lahan untuk pembebasan lahan. Jadi pembebasan lahan nggak ada masalah lagi sekarang,” kata Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono kepada detikFinance, Sabtu (25/7/2015).
Setelah resmi berpindah tangan, dua BUMN yang ditunjuk pemerintah langsung mengambil langkah cepat melakukan percepatan pembangunan yang ditandai dengan seremoni peletakan batu pertama atau groundbreaking jalan tol Solo-Kertoso pada 30 April 2015 lalu.
“Sebenarnya waktu tahun 2013 pernah di-groundbreaking untuk bebrapa kali. Tapi sampai 2014 itu nggak ada perkembangan apa-apa. Makanya sejak kita groundbreaking lagi bulan April kemarin kita awasai terus supaya nggak berhenti lagi pekerjaannya,” kata dia.
Benar saja, berkat pengawasan yang terus menerus disertai komitmen dari investor barunya, jalan tol ini terus menunjukkan perkembangan pembangunan sejak diresmikan terakhirkalinya pada April hingga hari ini 25 Juli 2015.
Basuki menjelaskan, untuk ruas Solo-Kartosuro perkembangan pembangunan fisik sudah lebih dari 50%. “Dari 20,9 km, 10 km-nya sudah pembetonan, 9 km sedang land clearing (pembersihan lahan), dan 1,9 km sedang persiapan land clearing. Tanah sudah 88%,” jelasnya.
Sementara, untuk ruas Nganjuk-Kertosono, saat ini sedang berlangsung proses lelang konstruksi. “Tanggal 23 Juli baru keluar pemenang lelangnya. Nanti tanggal 16 Agustus tanda tangan kontrak. Target selseai konstruksi 2018. Pembebasan lahannya 42%. Tapi kita pakai undang-undang baru jadi pembebasan lahan bisa cepat. Lahan bukan masalah,” kata dia.
Sedangkan untuk bagian terakhir yang merupakan porsi pekerjaan oleh investor, saat ini proses yang sedang berlangsung adalah pembersihan lahan atau land clearing yakni membersihkan lahan yang sudah terbebas dari tanaman, bangunan-bangunan hingga meratakan permukaan lahan yang akan dijadikan badan jalan.
Secara keseluruhan, masalah lahan tak lagi jadi penghalang. “Kartosuro-Karangaanyar 10,4 km tanahnya sudah 94%, Karanganyar-Sragen 13,7 km sudah 91%, Sragen Ngawi 54,5 km sudah 88%, Ngawi-Madiun 19,6 km sudah 84%, madiun caruban 8,5 km sudah 69% dan Caruban-nganjuk 35,6 km sudah 63%,” pungkas dia. (DNA/RRD; http://m.detik.com/finance/read/2015/07/25/183453/2975144/4/)-FatchurR