Zakat untuk kemandirian
KETUA Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin Hafidhuddin menyampaikan zakat memiliki keistimewaan jika dibanding sumber dana lain hingga bisa menjadi alternatif instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Selain cerminan keimanan kepada Allah SWT, berzakat juga bisa dilihat dari aspek hubungan antar sesama manusia, yakni para muzaki–pemberi zakat–akan menolong orang2 yang berada dalam situasi ekonomi sulit,” ujar Didin kepada Media Indonesia terkait dengan Hari Zakat Nasional yang jatuh pada hari ini atau 27 Ramadan, di Jakarta, kemarin.
Menurut Didin, potensi zakat di Indonesia sebenarnya tinggi. Riset Baznas menyebutkan potensi zakat di Indonesia mencapai Rp217 triliun per tahun meski kenyataannya penerimaan zakat yang terjadi tidak sebesar itu.
Oleh karena itu, menurut Didin, penguatan zakat di Indonesia sekarang ini menjadi suatu keharusan. Kalau tidak, sumber dana bisa habis tidak jelas. Apalagi utang negara semakin besar.
“Pada Hari Zakat Nasional kita ingin kembali mengangkat bahwa zakat sebagai mainstream, yakni menjadi kegiatan ekonomi dan pembangunan. Zakat harus menjadi alternatif sumber dana lantaran dana zakat itu merupakan dana tunai, segar, sekaligus bebas kaitan dengan utang dan pinjaman,” tegas Didin.
Pendampingan dana zakat untuk menggerakkan ekonomi kaum mustahik juga dilakukan oleh Lembaga Kemanusiaan Nasional Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) melalui program usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan dua pendekatan, antara lain memiliki usaha bersama dan usaha masing-masing, tetapi modalnya dikelola dalam kelompok.
Presiden Direktur PKPU Agung Notowiguno menyampaikan PKPU telah menghibahkan sejumlah dana zakat kepada kelompok mustahik terdiri dari 15 orang. Kemudian mereka diberi pendampingan awal selama tiga bulan dengan bekal ajaran keterampilan pengelolaan keuangan perusahaan kecil, pembukuan sederhana, pengelolaan modal dan tabungan, dan membangun komunikasi dan jaringan.
Mudik gratis
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) kemarin melepas sebanyak 768 mustahik untuk diberangkatkan menuju kampung halaman masing-masing secara gratis. Dengan bertempat di Masjid Istiqlal, Jakarta, para mustahik binaan Baznas tersebut berkumpul untuk kemudian dilepas secara resmi menuju daerah asal masing-masing. Kegiatan mudik gratis tersebut dilakukan Baznas sebagai salah satu bentuk penyaluran zakat pada Ramadan tahun ini.
“Ini tahun kedua Baznas menyelenggarakan mudik gratis. Tahun ini lebih dilengkapi dengan fasilitas dan berbagai santunan,” ujar Teten Kustiawan, Direktur Pelaksana Baznas, saat melepas keberangkatan pemudik.
Total bus yang diberangkatkan dalam mudik gratis Baznas tahun ini ialah sebanyak 15 unit. Wilayah yang dituju sebanyak empat kota dari barat hingga ujung timur Pulau Jawa, yakni Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Banyuwangi.
Semua mustahik yang berangkat itu difasilitasi asuransi jiwa demi menjamin keselamatan setiap peserta. (Pro/M-6; fetry@mediaindonesia.com dan http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/13501/Zakat-untuk-Kemandirian-Masyarakat/2015/07/14)-FatchurR