Indonesia-Malaysia teken MOU bangun smart village
Jakarta–Perusahaan asal Malaysia, IRIS Corporation Berhad (ICB), menyasar untuk mengaplikasikan teknologinya di Indonesia. Menggandeng Blue Wave Communication (BWC), perusahaan lokal, IRIS diajak menyasar kerja sama dengan Pemda di Indonesia membangun infrastruktur memanfaatkan basis teknologi yang mereka miliki.
“ICB memiliki teknologi di bidang pembangunan rumah, pangan, peternakan, dan perkebunan modern. Ini jadi sebuah investasi yang menguntungkan kita, terutama investasi ini akan masuk ke pedesaan,” kata Rinaldi Sati, CEO Blue Wave, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (5/11).
Dia menambahkan antara BWC dan ICB mendeklarasikan konsep “Smart Village”. Konsep ini adalah perpaduan antara perkebunan modern dan perumahan terpadu dengan mengaplikasikan teknologi modern yang dimiliki ICB.
Direktur IRIS Agro Tech Dato Vincent menyatakan sudah menandatangani MoU terkait konsep smart village itu. Bagi pihaknya, smart village berguna karena menjamin ketersediaan lapangan kerja, rumah layak huni, dan ketahanan pangan.
Dengan kerjasama Blue Wave dan ICB, diharapkan tujuan mengembangkan wilayah pedesaan serta meningkatkan pendapatan masyarakat desa bisa terlaksana.
“Investasi IRIS berupa pembangunan perkebunan modern dan perumahan teknologi ramah lingkungan. Teknologi IRIS yang diterapkan pada pembangunan perumahan merupakan teknologi baru bersistem panel dan wall coating yang mampu menahan panas 1500 derajat, menjamin keamanan. Di sektor perkebunan IRIS menerapkan sistem hidroponik terintegrasi melalui sistem yang memungkinkan penanaman dengan jumlah air yang minim,” demikian Dato Vincent. (Markus Junianto Sihaloho/FMB; http://m.beritasatu.com/digital-life/320019-perusahaan-indonesia-dan-malaysia-teken-kerja-sama-bangun-smart-village.html)-FatchurR
————-
Sajian Lingkungan hidup lainnya :
- Kalkukaltor sampah
- Wisata Lingkungan Hidup
———————-
Kalkukaltor sampah
Citizen6, Lombok-Perseteruan Jakarta dengan DPRD Bekasi masalah sampah belum usai. Walau kini Polri dan Presiden turun tangan. Sempat ribut itu berujung ancaman dari Ahok yang akan memarkir sampah di Monas. Pernyataan itu terdengar seperti keputus-asaan dalam menangani masalah sampah. Apalagi sampah yang dihasilkan Jakarta terbilang sangat banyak.
Namun seorang pengasuh pondok pesantren di Kecamatan Narada, Kabupaten Lombok Barat, NTB, menawarkan solusi kepada Ahok. Tuan Guru Hasanain Juaini namanya. Dialah sang kreator alat bernama kalkulator sampah. Tuan Guru sesumbar alatnya dijamin bisa mengatasi masalah sampah di Ibu Kota.
Temuan Tuan Guru ini pertama kali diunggah akun Facebook bernama Ekspedisi Indonesia Biru. Dalam akun tersebut dijelaskan secara rinci cara kerja alat yang bernama kalkulator sampah itu. Cara kerja kalkulator sampah, menurut penjelasannya dengan memasukkan segala macam sampah yang akan dimusnahkan.
Setelah terkumpul, sampah2 itu lalu dibakar. Di bagian inilah alat yang Tuan Guru ciptakan berperan, yakni menetralisir asap sampah agar tidak mencemari udara. Bermula dengan blower 200 watt ditiupkan dari samping untuk memecah konsentrasi asap, sehingga tidak menjadi pekat. Asap yang mengandung bahan pencemar udara itu, diolah dengan teknologi plasma. Asap disalurkan ke tungku lain dan dibakar lagi dengan suhu 1.800 derajat Celsius.
“Asapnya akan hilang dan bersih atau bisa diubah jadi cairan yang bisa dipakai sebagai bahan pengawet kayu agar tidak dimakan rayap,” ujar Tuan Guru seperti dilaporkan Ekspedisi Indonesia Biru. Untuk teknologi itu, menurut hitungan Tuan Guru, biayanya Rp 282.000 per ton. “Sampai di situ, kami sudah tidak sanggup.”
Akan tetapi jika merujuk pada pengelolaan sampah di DKI Jakarta yang anggaran kebersihan mencapai Rp 400 mliar per tahun, Tuan Guru menilai hal itu lebih dari cukup untuk membuat kalkulator sampah.
Sejak alat Tuan Guru diunggah di Facebook, berbagai komentar mengalir. Salah satunya dari Tati Juniaty, “Keren banget, semoga bisa sampai ke Pak Ahok.” Selain itu, juga ada dari Rangga Muda, “Kreatif tingkat internasional.” (War; http://citizen6.liputan6.com/read/2357473/jika-ahok-mau-temuan-tuan-guru-ini-bisa-atasi-masalah-sampah)-FatchurR
—————
Wisata Lingkungan Hidup
Jepara – Karimunjawa dikenal keindahan pantainya dan terumbu karang serta keanekaragaman bawah lautnya. Jangan salah, ada Tracking Mangrove keren di desa Kemujan Karimunjawa. Tiba di Desa Kemujan, wisatawan bisa mencoba ke Tracking Mangrove dan cukup bayar Rp 5.000 / satu orang. Sebelum sampai ke loket, wisatawan harus melalui track atau jalan kayu di antara pepohonan mangrove.
Loket berada di persimpangan jalur treking. Usai membeli tiket masuk, pengunjung bisa menelusuri track kayu dengan keanekaragaman jenis mangrove. Tidak hanya melihat, pengunjung juga bisa belajar karena sepanjang perjalanan terdapat keterangan-keterangan jenis mangrove di sana.
Kepala seksi wilayah 1 Kemujan Taman Nasional Karimunjawa, Iwan Setyawan mengatakan Tracking Mangrove itu sudah berdiri sejak 2011 dan dilakukan pengembangan hingga 2014. Ada 45 jenis Mangrove yang tumbuh di sana dan dua diantaranya merupakan jenis langka.
“Ada beberapa flora dan fauna yang tumbuh di sini. Luasnya 222,2 hektar yang merupakan zona pemanfaatan. Kita buka di sini sampai jam 08.00-17.00. Banyak mahasiswa yang datang ke sini untuk penelitian,” kata Iwan kepada detikTravel, Sabtu (14/11/2015).
Dari loket, pengunjung akan berjalan 1,3 Km hingga ke menara pandang setinggi 20 meter. dari atas menara itu, pengunjung disuguhi pemandangan indah mulai hutan Mangrove, pegunungan, dan laut. Jika cukup jeli maka akan terlihat keanekaragaman fauna di sana. “Fauna di sini ada biawak, burung, tikus Manrove, kupu-kupu, capung,” tandasnya.
Jika datang sekitar bulan Agustus, pengunjung bisa melihat burung2 yang bermigrasi dari Australia dan Tiongkok. Ribuan burung akan ‘mampir’ di Taman Nasional Karimunjawa sebelum kembali ke negaranya untuk berkembang biak.
“Burung migrasi itu biasanya bulan Agustus. Kita tahu itu dari Australia dan Cina dari warna ring di kakinya. Teman2 di sini sempat memfoto migrasi itu. Jenis burungnya Trinil,” terang Iwan.
Puas melihat pemandangan dan berselfie di menara, pengunjung bisa kembali menelusuri hutan mangrove menuju pintu keluar. Iwan mengaku masih perlu banyak perbaikan di Tracking Mangrove tersebut antara lain ketersediaan toilet yang masih minim, serta fasilitas seperti kantin.
“Ya memang masih banyak kekurangan, seperti dilihat tadi MCK tidak ada di menara pandang, pengunjung masih adayang buang sampah sembarangan. Padahal di sini merupakan taman mangrove yang cukup bagus di Jawa Tengah dan jenis Mangroovenya lengkap,” kata Iwan.
Taman mangrove di Karimunjawa tidak hanya berada di Kemujan namun juga ada di Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal Kecil, Krakal Besar, Mriko, Menyawakan, dan Sintok. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang sempat mampir ke Tracking Mangrove tersebut mengungkapkan kekagumannya.
Ia berharap fasilitas2 lain bisa segera dikembangkan. Ganjar usul agar masyarakat bisa berkontribusi menjual kuliner hasil olahan mangrove. “Bersih sekali di sini, udaranya bagus, mangrove lengkap. Kita juga bisa lihat ibu-ibu mencari kerang. Kalau diolah kan bagus, bisa masak kuliner di sini,” kata Ganjar. (Angling Aditya Purbaya; http://travel.detik.com/read/2015/11/14/133936/3071100/1382/cuma-rp-5-ribu-bisa-jelajah-hutan-mangrove-di-karimunjawa)-FatchurR