Makanan ini picu Alzheimer
NEWYORK-Konsumsi makanan yang mengandung tembaga, berdampak derita Alzheimer ketika usia senja. Studi terbaru di Proceedings of National Academy of Sciences menunjukkan tingkat tinggi tembaga di otak kiri mampu menyingkirkan protein yang menyebabkan demensia.
Tembaga itu bagian penting dari diet dan diperlukan tubuh yang sehat. Tembaga bisa datang dari air keran yang datang melalui pipa tembaga, daging merah, kerang, buah dan sayuran adalah sumber makanan mengandung tembaga.
Studi pada tikus oleh tim di University of Rochester di New York, menyatakan tembaga mempengaruhi otak dan menghalangi fungsi otak. Dicontohkan tikus yang diberi lebih banyak tembaga di air mereka mendapat kandungan lebih besar logam di dalam pembuluh darah otak.
“Sudah jelas dari waktu ke waktu, efek kumulatif tembaga untuk mengganggu sistem yang amiloid beta akan dihapus dari otak.” ujar Dr Rashid Deane, seperti dilansir. Ia menegaskan tembaga juga menyebabkan lebih banyak protein yang diproduksi.
“Tembaga adalah ion logam yang penting dan banyak makanan yang bergizi juga mengandung tembaga,” lanjutnya. (esy/jpnn; http://www.jpnn.com/read/2013/08/20/187083/Kandungan-Tembaga-Makanan-Picu-Alzheimer-)-FatchurR
———–
Tidak ada salahnya jika anda lanjutkan baca berikut ini : Pilih gemuk dan sehat?
KOMPAS.com-Banyak yang mengatakan Anda terlihat lebih segar ketika gemuk. Kita sebaiknya tidak terlena dan terus ingin makan segala. Pasalnya, anggapan gemuk tidak masalah asal sehat telah ditolak pakar dari Swedia dalam studi yang dipublikasikan di International Journal of Epidemiology.
Tim peneliti mendapati pria obesitas walau rutin ber-OR intensitas tinggi berada ber-risiko kematian lebih tinggi ketimbang yang berat badan normal, tapi jarang OR. Hubungan OR- khususnya aerobik dan risiko kematian dini, tim peneliti Universitas Umea Swedia melibatkan 1.317.713 lelaki berusia 18 tahun.
Tim peneliti mengamati risiko kematian dini peserta dengan berat badan normal dan obesitas. Selama penelitian, yaitu hingga umur peserta rata2 29 tahun, hasil penelitian : Makin rutin peserta melakukan aerobik, mereka berrisiko kematian dini 48% lebih rendah ketimbang mereka yang jarang ber-OR.
Bila dikaitkan berat badan peserta, “keuntungan” ini sedikit sekali dirasa peserta yang obesitas. Lebih rincinya, pria berat badan normal memiliki risiko kematian yang lebih rendah ketimbang peserta obesitas walau mereka tidak rutin berolahraga.
Studi yang diterbitkan awal tahun oleh tim peneliti dari University of Cambridge menemukan meski rutin jalan cepat tiap hari selama 20 menit dapat memberi manfaat kesehatan cukup, manfaat ini tidak berlaku pada orang gemuk. Selama 12 tahun tim peneliti mengamati 334.161 pria-wanita Eropa, mengaitkan antara indeks massa tubuh mereka dan aktivitas fisik.
Hasil yang diterbitkan The American Journal of Clinical Nutrition, saat indeks massa tubuh (BMI) meningkat, manfaat kesehatan dari jalan cepat jadi menurun. (Ayunda Pininta; Bestari Kumala Dewi; Daily Mail dan http://health.kompas.com/read/2015/12/23/150500023/Bolehkah.Gemuk.tetapi.Sehat.)-FatchurR