Kehebohan GMT 1983
TEMPO.CO, Jakarta – Fenomena gerhana matahari total (GMT) 11/6/1983 memberi cerita berbeda. GMT waktu itu melewati daerah2 di Yogya, Semarang, Solo, Kudus, Madiun, Kediri, Surabaya, Makassar, Kendari, dan Papua. Peristiwa alam itu berlangsung pukul 11.00 WIB selama 6 menit. Berikut dua hal yang terjadi 1983 itu.
1. Pantauan Ilmuwan Asing
Sejumlah ilmuwan asing memantau matahari tertutup bulan di Desa Tanjung Kodok, Kab-Lamongan, Jatim. Selain alamnya yang indah, Tanjung Kedok tepat berada di bawah garis tengah lintasan bayangan gerhana. Waktu kejadiannya ketika posisi tertinggi matahari. Menurut para ahli, itu waktu yang sangat menguntungkan karena pandangan menembus lapisan atmosfir bumi yang tertipis.
AS mengirim 30 ilmuwan ke Tanjung Kedok. Mereka meneliti debu matahari yang berkisar di bidang eklipsika dan hanya terlihat di saat gerhana berlangsung. India mendatangkan 7 ilmuwan. Jerman ikut memanfaatkan GMT dalam empat rombongan.
Empat ilmuwan Inggris memantau di Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali. Jawa Tengah. Mereka meneliti komposisi kimiawi dari debu matahari yang beredar di bidang eluator matahari.
Di Cepu, Jateng dan Yogya, tim dari tujuh astronom dan 20 astronom amatir, Himpunan Astronom Prancis (SAF) Prancis melanjutkan penelitian gerhana matahari. Sepuluh tahun sebelumnya, para astronom Prancis ini meneliti gerhana matahari di atas Afrika. Mereka memotret korona matahari.
Sedangkan 21 ilmuwan dari Jepang bekerja di empat lokasi. Selain tiga lokasi di atas, mereka memantau di Watukosek, Mojokerto, Jawa Timur. Tim Jepang meneliti pemotretan korona untuk mengetahui struktur halusnya.
2. Heboh Pemerintah
Kejadian alam GMT 1983 memunculkan kehebohan. Pemerintah melarang masyarakat menatap langsung gerhana matahari. Stasiun TVRI menayangkan ber-ulang2 menganai bahaya melihat GMT langsung. “Hanya satu cara melihat gerhana dengan aman, lihatlah melalui layar TVRI” seru TVRI bernada iklan.
Pemerintah membentuk Tim Evaluasi Panitia Gerhana Matahari Total. Setiap berkunjung ke daerah yang terlewati GMT, tim mengkampanyekan larangan menatap GMT. “Jangan sekali2 menatap gerhana. Kebutaan oleh GMT tak bisa disembuhkan” kata dr. Bambang Guntur, ahli penyakit mata Tim Evaluasi Panitia Gerhana Matahari Total. (https://m.tempo.co/read/news/2016/01/22/095738554/heboh-gerhana-matahari-total-1983-karena)-FatchurR