Tamu di badan tak diundang cacing paru
Tamu tak diundang di badan manusia, khususnya cacing, kehidupannya menarik. Semoga dengan mengetahuinya kita dapat lebih memahami perilakunya dan bisa menghindari dan mengobati jika sudah terlanjur menjadi ‘penyakit’
Cacing Paru atau Paragonimus westermani merupakan cacing yang bagian tubuh paling utama diserang adalah bagian paru. Paragonimus westermani ini pertama kali ditemukan terdapat pada tubuh dua harimau yang mati. Binatang yang berada di benua Eropa tahun 1878.
Pada beberapa tahun kemudian barulah cacing paru ini terinfeksi pada manusia yang ditemukan di Formosa (Taiwan). Banyak cara bagaimana cacing paru tersebut dapat menular pada manusia, dan penyebarannya pun yang sangat beranekaragam.
Morfologi : Ukuran telur sangat kecil tidak terlihat dengan mata.
Cacing dewasa bentuknya seperti daun berukuran (7 – 12) X (4 – 6) mm dengan ketebalan tubuhnya antara (3 – 5) mm.Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.
Siklus hidup
Tempat hidup tetap : Manusia, kucing, anjing
Tempat hidup perantara I : Keong air / siput (Melania/Semisulcospira spp)
Tempat hidup perantara II : Ketam / kepiting.
Telur keluar bersama tinja atau sputum, dan berisi sel terlur. Telur jadi matang dalam ± 16 hari lalu menetas. Mirasidium mencari keong air dan dalam keong air terjadi perkembangan. Serkaria keluar dari keong air, berenang cari tempat hidup perantara II, lalu membentuk metaserkaria di dalam tubuhnya. Infeksi terjadi dengan memakan tempat hidup perantara ke II yang tidak dimasak matang.
Dalam hospes definitive, metaserkaria menjadi dewasa muda di duodenum. Cacing dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus diafragma dan ke paru. Tempat hidup mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing dewasa terbungkus kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.
Paru Cacingan
Adalah penyakit bagian tubuh yang diserang itu paru-paru. Penyakit disebabkan cacing Paragonimus westermani ini biasa disebut paragonimiasis, paragonimiasis adalah infeksi parasit makanan terdapat pada paru2 yang bisa menyebabkan sub-akut untuk penyakit radang paru2 kronis dapat melalui udara.
Lebih dari 30 spesies trematoda (cacing) dari genus Paragonimus telah dilaporkan menginfeksi hewan dan manusia. Di antara lebih 10 spesies dilaporkan menginfeksi manusia, yang paling umum adalah Paragonimus westermani yang menyerang bagian paru-paru.
Gejala Penyakit
Gejala pertama di mulai dengan adanya batuk kering yang lama kelamaan menjadi batuk darah cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat–alat lain dan menimbulkan abses pada alat tersebut misalnya pada hati dan empedu.
Saat larva masuk dalam saluran empedu dan jadi dewasa, parasit ini menyebabkan iritasi pada saluran empedu, penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai oedema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan tergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi.
Gejala yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :
a. Stadium ringan : tidak ditemukan gejala.
b. Stadium progresif : terjadi penurunan nafsu makan, perut terasa penuh, diare.
c. Stadium lanjut : didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus, oedema dan sirosis hepatic.
Diagnosa
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. Kadang-kadang telur juga ditemukan dalam tinja. Reaksi serologi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan : Praziquentel dan bitionol merupakan obat pilihan. (Widartoks 2015; Sumber : http://maksumprocedure.blogspot.co.id/2012/05/paragonimus-westermani.html)-FR