Opini dan sukses bisnis

Antara krisis dan kesempatan

(Between crisis and opportunity)-Tahun 2006 saya ke ke Stockholm menghadiri Olimpiade Magic Internasional (www.fism.com). Seperti biasa kesempatan itu saya gunakan juga menambah teman dan mempelajari cerita2 lokal. Teman saya orang Swedia menceritakan kepada saya tentang riwayat hidup Ingvar Kamprad, pendiri IKEA.

Ternyata banyak versi yang beredar karena Ingvar tidak bersedia diwawancarai. Tapi tetap saja cerita teman saya menarik untuk dipelajari. Alkisah Ingvar memulai usaha furniture nya di daerah Agunnyard di pedalaman Swedia. Dia ber-cita2 membangun bisnisnya dengan mendesain furniture yang simple, stylist dan modern tetapi tetap dengan harga terjangkau.

Dengan melakukan itu Ingvard percaya dia bisa menekan cost (menambah profite bisnisnya) tapi juga melakukan hal2 bermanfaat bagi pelanggannya. Konsepnya ini berhasil sukses dan product nya laris manis. Tanda2 kejayaan bisnisnya mulai tampak. Seperti biasa dalam bisnis, hal ini pun menimbulkan keirian dari pihak2 lain. Competitornya merasa tersaingi (dan bisnis mereka turun).

Suppliernya merasa terancam karena Ikea menekan cost (dan tentunya menurunkan margin suppliernya). Akhirnya industri kayu Swedia melakukan boycott kepada Ikea. Semuanya menyetop supply kayu ke Ingvar Kamprad. Tentu saja hal ini menimbulkan ancaman yang luar biasa bagi Ingvar.

Bagaimana sebuah perusahaan furniture bisa bertahan hidup kalau tidak ada supply bahan baku (kayu)?
Ingvar pun mencari-cari solusi dan akhirnya menemukan beberapa supplier kayu di Polandia yang bersedia mensupply kayu ke Ikea dengan harga yang malah semakin murah.

Akhirnya mereka menggunakan tenaga tukang2 kayu di Polandia untuk memproduksi furniture yang didesain oleh Ikea. Tidak hanya itu, untuk mempermudah transportasi, mereka memproduksi furniture knock down yang mudah dirakit pelanggannya. Tadinya ide ini untuk mempermudah transportasi dari Polandia ke Swedia mengingat mereka tidak mempunyai supply lokal lagi.

Tapi ternyata pelanggan juga suka membeli product knock down tersebut. Harganya lebih murah, perakitannya mudah, dan memang banyak bapak-bapak yang hobby bertukang dan ingin menyalurkan hobinya dengan merakit sendiri.

The rest is history.
Ikea tumbuh pesat. Dan menurut cerita teman saya Ingvar mengirimkan karangan bunga kepada para supplier dan para competitor yang memboikotnya, bertuliskan terima kasih. Maksudnya terima kasih telah memboikot (bersekongkol memberhentikan supply kayu).

Dan memaksa berpikir cari ide lain (cari kayu ke Polandia, menggunakan tukang kayu dari Polandia dan memproduksi knock down product yang mudah dirakit) yang akhirnya membawa hasil yang jauh lebih baik. Sekarang Ingvar menjadi salah satu orang terkaya di dunia dan dia tetap hidup dengan sederhana.

What can we learn from Ingvar?
Seringkali pada saat kita menghadapi masalah, kita merasa sedih, merasa terzalimi, dan kita pun putus asa. Kadang-kadang kita merasa bahwa kita sudah “habis”. Padahal di balik semua krisis pasti ada opportunity. Seperti halnya yang dilakukan Ingvar Kamprad.

Masalahnya apakah kita masih bisa mengidentify opportunity tersebut ?
Ataukah kita negative thinking dan berfokus pada masalah tanpa memikirkan solusinya.
Justru krisis yang seringkali memaksa kita untuk belajar, berinovasi dan mencoba hal-hal baru untuk memajukan bisnis kita .

So, please tell your team member, tell your children and tell yourself.
When you face a challenge or a crisis don’t ever give up.
Because behind every crisis, there are always opportunities that will make you even better, much better than before the crisis.

Berhentilah mengeluh, berhentilah komplain, berhentilah meratapi nasib anda. Fokuslah pada bagaimana mencari solusi yang membuat situasi menjadi bahkan lebih baik daripada sebelumnya.
Never ever give up. Look for the opportunity behind the crisis. (Sugeng W72 Abu Dias; dari grup WA-72)

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close