Bisnis modern memang alus tapi kadang kejam
Ya benar, Bisnis modern memang alus – tapi kadang kejam atau bahkan kadang sangat kejam sekali.
Meskipun pelan – kita melihat bagaimana mati atau “setengah matinya” nya beberapa bisnis.
Misal: Warung Rumahan oleh Mini Market ; Kaset oleh CD/DVD ; Radio pager oleh SMS ; SMS oleh sosmed ; Fixed phone oleh seluler Dstnya..
Beberapa hari yl – kita melihat demo taksi tradisional yg mempersoalkan taksi online. Kita yang “tidak punya kepemilikan” atas taksi tradisional-memberi tanggapan beragam atas adanya demo itu.
Ada yg menganggap – nggak ada urusan ; Ada yg menganggap demo itu “wajar” ; Tetapi sebagian besar menganggap taksi tradisional manja, cengeng, telat antisipasi teknologi, “salah sendiri” dsb. Beberapa pihak menduga, demo itu – dilakukan para sopir – tapi penggeraknya perusahaan / pemilik taksi.
Kita tidak tahu kebenarannya – karena berita ttg dugaan keterlibatan perusahaan taksi – tertutup oleh “penggratisan sehari” oleh taksi “tertuduh”.. Apakah kegalauan manajemen taksi tradisional beralasan..? Menurut “yang tahu” – yaitu yang rajin mengikuti perkembangan “aplikasi” dari pengembang aplikasi global, dan yg sering ke luar negeri – hal itu sangat beralasan..!!
Kekhawatiran itu – bagi yang paham – tidak beda jauh dg kekhawatiran warung tradisional – yang “sadar” – terhadap perkembangan pertumbuhan mini market. Tapi “mini market” juga jangan lengah atau sombong dulu – di luar negeri – bahkan sebenarnya di negara kita/hanya “ukurannya” blm masif – mini dan super market sudah tergoda oleh penjualan “toko online”.
Dalam hal taksi, kalau sopir taksi mungkin terganggu karena uang yang dibawa pulang berkurang.
Kalau manajemen dan pemilik perusahaan taksi – mereka sudah membayangkan – seperti saat para senior Telkom – pada tahun 1995an membayangkan nasib fix phone..
+++
Kini, mengapa pemilik perusahaan dg ribuan taksi tradisional “gelisah”..? Berikut adalah fakta2:
1. Kalau sekarang kita membuka Google Map – dimanapun di dunia – bukan hanya di Indonesia – ada di pojok kanan bawah “gambar mobil berwarna biru”.
Dan gambar itu – kalau di klik akan muncul aplikasi “Uber”
Dari sini kita tahu, “siapa” pemilik modal di belakang Uber. Pemilik itu “berani” bayar “Google Global”.
2. Apakah itu cukup menakutkan?
Untuk konsumen taksi – sangat tidak menakutkan – tapi bahkan sangat2 menguntungkan.
Mengapa?
Karena banyak kemudahan, kejelasan informasi yg ada di aplikadi Uber dan bahkan ada “kemurahan” di Uber. Bagi konsumen taksi – yg terakhir itu tidak kalah menariknya.
Kita akan memperoleh info perkiraan berapa menit durasi waktu perjalanan. Baik kalau kita menggunakan kereta, bis – maupun kalau pakai Uber. Khusus bis dan kereta – lengkap dg nomor trayek dan jam nya. Dengan catatan – durasi waktu itu memperhitungkan “route” dan kepadatan lalu lintas.
Dari info yang lain kita akan bisa melihat “route” yang bisa kita pilih. Juga ada info ttg kepadatan lalu lintas. Kalau “biru” – berarti relatif sepu – ini krn malam hari/tengah malam. Kalau warnanya “merah” – berarti padat dan atau macet. Warna merahnya juga ada gradasinya – yg berarti macet pun diinformasikan “tingkatannya”. Gradasi warnanya sama dg aplikasi Waze.
Dari warna ini – kita bisa mempertimbangkan utk coba melihat route lain. Lagi di route alternatif – kita bisa melihat level kemacetan dan perkiraan durasi.
3. Apakah “hanya itu” yang menakutkan pengusaha taksi..?
Tidak. Masih ada yg lain.
Utk mudahnya – lihat FOTO 4.
Foto ini adalah layar HP kalau kita sudah masuk di aplikasi Uber dan sudah memasukkan data alamat penjemputan dan alamat tujuan. Dari foto ini kita bisa melihat beberapa hal, antara lain:
a. Informasi – berapa menit taksi akan sampai di lokasi penjemputan – kalau jadi kita order.
Artinya – aplikasi Uber tahu persis lokasi penjemputan dan lokasi taksi Uber yg siap..
b. Menu informasi perkiraan biaya yg lebih akurat yang akan muncul kalau kita klik – dg catatan angkanya sdh mempertimbangkan route dan kepadatan lalin.
c. Informasi ttg mode pembayaran.
Ini bisa kita pilih pakai kartu kredit maupun pilih tunai.
d. Menu ttg kode promo – yang bisa kita klik dan bisa kita masukkan kode promosi.
Nah – kode promosi inilah “salah satu” yg menakutkan, antara lain:
1) Kalau kita masukkan kode promo yg menggambarkan kita pertama kali pakai Taksi Uber – kita akan langsung dapat diskon Rp 75.000
2) Nah – kalau Anda naik Uber yg kedua – dan memasukkan kode promosi “saya” – maka Anda juga akan dapat diskon lagi sebesar Rp 75.000.
Karena program ini sebenarnya adalah bagian dari customer get customer – saya juga akan mendapat diskon rp 75.000 pada trip saya berikutnya.
Di lain pihak – si sopir – cuma detilnya sy lupa – selain mendapat “porsi” dari “tarif normal” – jika diminta standby oleh Uber – dia akan dapat uang rp 26.000 meski orgnya tidur di rumah.
Nah yang jadi kewaspadaan taksi tradisional adalah:
1) kalau tagihan kurang dari Rp 75.000 – berarti dari sisi penumpang adalah gratis
2) kalau tagihan lebih dari rp 75.000 – penumpang hanya membayar selisihnya
3) artinya dari sisi Uber adalah – lebih dominan pengeluaran – dibanding pemasukan..
Kok bisa?
Yah – ini karena ada langkah/rencana yg lebih besar lagi dari pemodal Uber dan Google yg levelnya global.. @anak2 muda pendisain berbagai aplikasi bisnis ini – bisnisnya memang “kejam”; Melahirkan banyak kurban; Kurban teknologi.. (Agus Suryono; dari grup FB-ILP)-FR