Bermenung penjual balon juga masih ada
Jaman saya kecil, saya suka main ke rumah tukang balon, penjual mainan anak2 kelas kampung yang bahannya dibuat dari balon, karton, karet gelang, dst. Selain murah meriah, waktu itu jaman belum secanggih dan semakmur sekarang.
Saat itu saya suka memperhatikan, beberapa balon ditiup dan karet pentil dipompa dengan pompa sepeda, diputar sana putar sini, digabung jadi bentuk kelinci, angsa, dst. dengan ditambahi kertas yang digunting berbentuk kaki dan paruh angsanya.
Juga ada dua balon digabung dan di sambungannya ada peluit dari ranting bambu, sehingga kalau dipencet salah satu akan berbunyi ‘toet-toet’. Maka Pak Sukur , tukang balon tetangga saya itu diberi sebutan Pak Sukur Toet-toet.
Kini anak kecil, anak kampung mainannya canggih, sudah pada main HP. Apakah tukang balon masih ada? Ternyata ada. Mengapa? Karena setiap tahun ada anak kecil hadir ke dunia ini dan tidak semuanya anak orang kaya. Maka tukang balon tetap ada, tukang mainan anak kelas murah meriah tetap ada.
Begitulah, Tuhan YME selalu memberi rejeki ke hambanya di segala bidang. Ada bidang teknologi super canggih, seni budaya, politik sampai yang sederhana bidang perbalonan dan mainan anak2 sederhana itu. Memang tidak semua bisa membuat orang kaya, namun semuanya bisa membuat orang bahagia.
Kalau mau berbuat baik, ladang berbuat baik juga sangat luas, bukan hanya bidang agama dan sumbangan harta benda saja. Mengajari orang meniup balon juga amal kebaikan. Mengajari masak sayur bening juga amal kebajikan. Aktif di RT, RW, perkumpulan apapun (asal yang tidak bertujuan jelek) juga amal kebaikan.
Nonton TV acara yang baik-baik misalnya: sak-memasak, tentang alam, teknologi, motivasi, dst. juga kebaikan kalau diniati untuk belajar. Banyak kok acara TV yang baik, tapi yang tidak baik juga banyak.
Jadi sebenarnyalah ladang rejeki dan ladang amal kebaikan itu sangatlah luas, tinggal kitanya mau memilih yang mana, disesuaikan dengan tingkat (kemampuan, modal), bakat dan minat. Kalau mencari rejeki juga diniatkan untuk beramal kebaikan, maka itu sangat aduhai, ibarat sekali dayung dua pulau terlampaui. (Widartoks 2016; dari grup FB-MKPB Telkom)-FR