Kiat jadi pasien efektif(6)
Berikut kutipan dari Dr Handrawan Nadesul; 14/11/2015; yang menguraikan bagaimana kita peserta Yakes memahami dan sekaligus mematuhi ketentuan (KD) yang bertalian dengan pemeliharaan kesehatan kita. Artikel ini kami potong menjadi 10 segmen, agar tidak terlalu panjang.
Hanya karena kurang efektif melakukan peran sebagai pasien, ada kemungkinan tambahan ongkos tak perlu yang mesti pasien bayar atau menambah panjang penderitaan. Selain belum tentu keluhan hilang, dan penyakit sembuh. Untuk itu sedikitnya perlu sepuluh kiat, bekal menjembatani gap kompetensi Anda sebagai pasien dengan dokter pada setiap kali Anda sedang memerlukan bantuannya. Silahkan lanjutannya (seri 6) :
6.Kembali ke dokter bila ada reaksi tidak enak setelah mengonsumsi/memakai obat
Sekali lagi dokter bukan malaikat karena itu bisa saja alpa dalam meresepkan obat. Atau mungkin resepnya tepat, tapi obat tidak cocok untuk pasien. Kita tahu obat yang sama berbeda respons biologisnya pada orang yang berbeda.
Kerentanan masing-masing orang terhadap obat, kapan obat dikonsumsi, adakah interaksi dengan obat lain, kondisi lambung, dan adakah penyakit lain yang tengah diidap menentukan kerja obat di dalam tubuh. Itu semua menentukan pula muncul tidaknya reaksi yang tidak diharapkan sehabis mengonsumsi atau memakai obat.
Tetes mata yang tak cocok, sebab berisi corticosteroid, misalnya, tak boleh dipakai pada penyakit mata herpes yang sama-sama tampak merah seperti penyakit infeksi mata merah. Obat flu dengan kandungan obat tertentu tidak boleh untuk pengidap glaucoma. Pengidap jantung tak boleh sembarang mengonsumsi obat sesak napas.
Demikian pula dengan pasien yang berbakat alergi. Ada lebih sepuluh bentuk reaksi alergi yang mungkin timbul akibat mengonsumsi obat yang tidak cocok. Munculnya reaksi alergi tidak selalu dapat diprediksi. (Rizal Chan dari grup FB-ILP; sumber dari Dr Handrawan Nadesul; 14/11/2015; http://herbal-tahitiannoni.blogspot.co.id/2015/01/cara-menjadi-pasien-yang-efektif-baik-dan-bijaksana.html)-FR