New Hope77 #Menantu di Tengah Banyak Kontradiksi
JABATAN utamanya adalah menantu. Tapi, di mata Donald Trump, Jared Kushner melebihi ketua tim pemenangan pemilunya. Mungkin Jared juga tidak mau namanya tertulis sebagai tim kampanye.
Secara formal. Tapi, dialah yang serba menentukan.
Jared Kushner, 35 tahun. Muda, tinggi, ganteng, atletis, dan kaya raya. Sejak sebelum menjadi menantu orang kaya. Jared memang terkenal bukan karena menjadi menantu Trump. Dia terkenal karena masih begitu muda, tapi sudah menjadi raja properti. Di New York pula. Bukan kayanya saja. Tapi karena cara mengembangkan perusahaannya. Terutama caranya bernegosiasi. Agresif, keras, dan tidak mau kalah.
Di umur 26 tahun, tiga tahun sebelum menikahi Ivanka Trump, Jared sudah bikin heboh: membeli gedung pencakar langit di jalan paling bergengsi di New York: Fifth Avenue. Nomor 666. Hanya tiga blok dari gedung milik calon mertuanya saat itu: Trump Tower. Nomor 725.
Saat di New York, saya coba jalan kaki dari no. 666 ke 725. Mengarah ke Central Park. Hanya 6 menit. Jalan kaki di Fifth Avenue satu jam pun tidak terasa. Itulah sebuah jalan yang kalau musim gugur mirip catwalk. Pejalan kaki di situ seperti peragawati: Pakaian mereka secantik butik2 di kanan-kiri jalan itu.
Waktu Jared membeli pencakar langit No 666, kegemparan terjadi. Itulah pembelian termahal sebuah gedung saat itu. Tahun ini rekor tersebut dikalahkan oleh pembelian hotel paling bergengsi di New York, Waldorf Astoria. Yang membeli perusahaan Tiongkok. Cara negosiasi Jared juga mengesankan Trump.
Sejak sebelum Jared menjadi menantunya.
”Melihat cara dia bernegosiasi, saya seperti melihat diri saya pada diri anak itu,” kata Trump seperti ditulis The New York Times pekan lalu. Bukan berarti Jared terus-menerus menang.
Suatu saat dia terlibat perselisihan rumit. Partnernya tidak mau kalah. Akhirnya, dia tantang partnernya menyelesaikannya dengan duel. Bukan duel cara lama dengan adu tembak. Melainkan duel panco.
Partnernya melayani. Jared kalah. Itulah yang membedakannya dengan Trump. Calon presiden dari Partai Republik itu terkenal justru karena gertakan hukumnya. Sedikit-sedikit Trump mengancam partnernya untuk diperkarakan. Dan itu bukan gertak sambal.
USA Today membuktikannya dengan investigasi. Saat ini Trump tercatat sebagai calon presiden yang punya perkara paling banyak di pengadilan. Menurut catatan USA Today, lebih dari 3.000 perkara yang melibatkan nama Trump. Masih ratusan yang sedang berproses di pengadilan. Untuk sebagian besar perkara, memang Trump penggugatnya.
Tapi banyak perkara dengan Trump yang digugat. Termasuk digugat para mantan pengacaranya. Yang merasa tidak dibayar sesuai komitmen. Yang terbanyak gugatan dari karyawan dan subkontraktor kasinonya yang bangkrut di Atlantic City, pantai timur Amerika. Tahun lalu saya mampir ke kasino itu, sekadar untuk tahu barang yang heboh itu: Taj Mahal Casino.
Kegemaran Trump menggugat itu menimbulkan banyak gurauan. Misalnya ini: Hati2lah para gubernur dan wali kota, bisa2 Anda nanti digugat presiden Anda.
Beberapa waktu lalu Trump menggugat wali kota di Florida. Sebab, sang wali kota memerkarakan dirinya. Soalnya sepele: Trump dianggap melanggar perda. Memasang atribut di lokasi terlarang. Trump merasa tidak memasang atribut. Yang dia lakukan adalah menancapkan bendera Amerika ukuran besar.
Dan lokasi itu di propertinya sendiri. Dekat rumah pribadinya.
”Masak saya dihukum karena pasang bendera negara?” katanya. Tentu sambil me-maki2 wali kota. Wali kota tetap menganggap Trump melanggar perda. Di AS, soal bendera tidak dianggap sakral. Di acara resmi peringatan Hari Kemerdekaan Ke-240 Amerika pada 4 Juli lalu, saya hadir. Di kota yang paling bersejarah: Philadelphia. Tempat proklamasi kemerdekaan diumumkan pada 1776.
Untuk menghormati tuan rumah, saya mengenakan topi dan kacamata dengan corak bendera Amerika.
Ternyata, saya lihat justru ada yang menggelar bendera Amerika di atas rumput. Di lapangan tempat acara berlangsung. Lalu, anak-anak duduk dan makan-makan di atas bendera itu. Saya perhatikan, tidak satu orang pun menunjukkan reaksi kaget. Biasa saja.
Saya juga melihat banyak gadis musim panas (pakai celana pendek yang minim) di acara itu. Yang celana minimnya bermotif bendera Amerika. Sang wali kota juga tidak peduli apa yang dikibarkan Trump. Kini gugat-menggugat itu masih berproses di pengadilan.
++
SANG menantu rupanya dianggap bisa mengendalikan ”keliaran” Trump. Jared jadi tumpuan kegelisahan pendukung Trump. Yang menganggap gaya Trump itu harus diubah. Gaya itu hanya cocok untuk mengalahkan calon internal partai. Tidak cocok untuk mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat.
Mereka menyampaikan itu ke Jared. Agar sampai kepada Trump. Dan Trump mau berubah. Sebab, Jared dipercaya Trump. Dan Trump sangat mendengar Jared. Ivanka, yang memeluk agama Yahudi demi perkawinan dengan Jared, kini memiliki tiga anak. Jared tidak merasa gelisah jadi keluarga Trump. Meski pada dasarnya banyak kontradiksi dengan latar belakangnya.
Orang kulit putih garis keras pendukung utama Trump pada dasarnya tidak menyukai Yahudi. Padahal, Jared Yahudi. Bapaknya tokoh Yahudi. Penyumbang besar lembaga2 Yahudi. Bahkan, kakeknya adalah orang Yahudi yang lolos dari holocaust. Dari dari Rusia ke Polandia, lalu ke Amerika.
Teman-teman Jared pada umumnya pendukung Demokrat. Bahkan, ayah kandungnya adalah pendana besar Partai Demokrat. Sang ayah, pendiri kerajaan properti ini, masuk penjara. Gara2 money politics itu. Dan perpajakan. Waktu bapaknya harus masuk penjara, Jared belum lulus kuliah di Harvard. Tempat ayahnya menyumbang kampus itu 2,5 juta dolar.
Jared harus mengurus tiga hal sekaligus:
1. kuliah,
2. menjalankan perusahaan keluarga, dan
3. menengok ayahnya di penjara.
Kini Jared harus mendekat ke pendukung mertua yang anti-Yahudi. Padahal, ayahnya tokoh Yahudi.
Dia harus bergaul dengan orang2 Republik. Utamanya, dia harus manis ke gubernur New Jersey yang Republik. Pendukung utama Trump. Yang ketika masih jaksa di New Jersey dia yang menjebloskan ayah Jared ke penjara. Itulah politik. (Agus Suryono; dari grup FB-ILP; sumber #Oleh Dahlan Iskan ; dari @Jawa Pos News Network)-FR