Wisata dan Kuliner

Kitab Kuliner Indonesia warisan Bung Karno

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden pertama-1, Soekarno, meninggalkan “warisan” monumen, patung2  megah, hingga lukisan untuk bangsa Indonesia. Mayoritas kita tahu dan sadar warisan2 itu. Namun Soekarno juga meninggalkan warisan buku resep masakan nusantara. Buku ini berjudul Mustika Rasa  diterbitkan 1967.

 

“Tugas Soekarno setelah merdeka adalah mengampanyekan kesatuan dalam kebhinekaan. Salah satunya dengan makanan. Kita punya banyak kekayaan makanan tetapi tak pernah didokumentasikan secara nasional,” kata JJ Rizal, ahli sejarah yang mencetuskan buku Mustika Rasa agar dirilis kembali, pada acara peluncuran buku tersebut di Jakarta, Minggu (14/8/2016).

 

JJ Rizal menjelaskan jika dokumentasi kuliner justru dilakukan di zaman kolonial Belanda. Pemerintah Hindia Belanda meluncurkan buku berjudul Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek karya JMJ Catenius van der Meyden, yang terbit tahun 1902. Buku tersebut merangkum 1.300 kuliner di Hindia-Belanda, yang diperuntukan untuk perempuan Belanda.

 

Barulah Soekarno di tahun 1964 mengutus istrinya, Hartini, untuk merangkum buku Mustika Rasa. Dari pamong praja tiap desa, ahli kuliner, sampai ahli gizi dikumpulkan oleh Soekarno untuk merangkum buku Mustika Rasa. Sayang tahun 1965 terjadi gerakan Gerakan 30 September.

 

“Buku ini akhirnya diterbitkan secara terburu-buru pada tahun 1967. Pilihannya diterbitkan saat jabatan Soekarno atau tidak sama sekali,” kata JJ Rizal. Alhasil karena buru-buru, menurut JJ Rizal, buku tersebut belum sempurna. Namun hal itu justru menjadikannya unik.

 

“Buku ini lebih tepat disebut kitab karena tebalnya 1.123 halaman. Selain makanan dibahas banyak hal di sini. Ada tata dapur yang baik, gizi, makanan hiburan atau jajanan, cara melipat ketupat yang baik dan lainnya,” kata Santhi Serad, praktisi dan penggiat kuliner.

 

JJ Rizal juga mengatakan jika topik yang saat ini dianggap tabu, seperti darah dan juga penggunaan bahan makanan babi ditulis dengan gamblang di buku Mustika Rasa ini.

 

“Buku ini tampil dengan keunikan zamannya sendiri, zaman Soekarno. Soekarno terkenal akan Panca Azimat Revolusi (pedoman revolusi Indonesia yang dicetuskan saat Soekarno menjabat menjadi presiden). Tetapi tak banyak yang tahu kalau Soekarno punya mustika, yaitu buku Mustika Rasa. Menjelang momen kemerdekaan, kita dapat warisan yang sangat penting karena Soekarno menganggap ini (kuliner Indonesia) secara serius. Ini warisan sekaligus beban buat kita untuk merasa benar-benar merdeka,” kata Rizal.

 

Saat ini buku Mustika Rasa hanya dapat dibeli di Kedai Tjikini yang berlokasi di Jalan Cikini Raya Nomor 17, Jakarta Pusat. Harga buku ini Rp 400.000. Penerbit Komunitas Bambu hanya memproduksi 800 buku rilisan ulang Mustika Rasa.

 

Buku rilisan ulang ini mengalami perubahan ejaan menggunakan ejaan Bahasa Indonesia. (Silvita Agmasari; Ni Luh Made Pertiwi F; http://travel.kompas.com/read/2016/08/14/210400327/Mustika.Rasa.Kitab.Kuliner.Indonesia.Warisan.Soekarno.Terbit.Kembali?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=kpoprd)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close