Adh Dhuha(2)-(TA 113)
Allah SWT seolah ngelehke Rasulullah (Jawa: mengingatkan) melalui surat Adh Dhuha ayat 6 s/d 8. Pasalnya Nabi mulai terpengaruh ejekan kaum Quraisy, bahwa Tuhan telah meninggalkan beliau.
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?” (QS Adh Dhuha 93:6)
Allah mengingatkan, bahwa sekalipun beliau dilahirkan sebagai Yatim, Ia telah menempatkannya dalam perlindungan kakeknya.
Kemudian saat beliau masih kecil dan ditinggal wafat oleh ibunya di suatu tempat bernama al-Abwa, dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Mekah. Allah menempatkan pelayan almarhumah ibunya Ummu Aiman untuk melindungi beliau dan membawa pulang ke Mekah.
(Dalam buku lain ada dikisahkan perjalanan itu disertai kakeknya Abdul Muththalib). Selanjutnya sampai ia dewasa dalam perlindungan kakeknya dan dilanjutkan pamannya Abu Thalib. Semua pelindung yang dikirim Allah, menyayangi Nabi.
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.” (QS Adh Dhuha 93:7). Sejak masih belia, Rasul telah mendapatkan pendidikan dari keluarga Bani Sa’ad melalui Halimah binti Abu Dzuaib, ibu susuan Rasul. Nabi mendapatkan pendidikan tradisi dan bahasa Arab yang asli. Beliau juga sempat “dibersihkan” dadanya oleh dua malaikat.
Beliau banyak mendapat tuntunan dari kakek dan pamannya. Saat remaja Rasul bertemu dengan Rahib Bahira di Bushra dan mendapat petunjuk. Beliau sering menyendiri dan merenung di gua Hira di Jabal Nur untuk mendapat petunjuk. Melalui mereka semua, Allah mendidik rasul sehingga pada saatnya siap untuk diangkat menjadi Rasul.
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”(QS Adh Dhuha 93:8); Allah yang mempertemukan Rasul dengan Siti Khadijah. Seorang istri idaman, nikmat Allah yang teramat besar yang dianugrahkan kepada Nabi. Menghibur dikala beliau cemas. Memberikan dorongan pada saat kritis. Yang memberikan semua hartanya untuk perjuangan Nabi.
Dalam konteks untuk umat pengikut Nabi, ayat-ayat itu mengandung dua pesan. Pertama manakala kita merasa putus apa dengan hambatan menempuh jalan ibadah, sepatutnya kita ingat bahwa selama ini nikmat Allah tak putusnya dikaruniakan kepada kita dan hendaknya kita yakin bahwa Allah tidak meninggalkan kita. Mungkin Allah sedang menguji kesabaran kita.
Pesan ke-2, mengandung peringatan ke kita umatnya agar tidak mabuk dan bangga berlebihan. Seaman apapun perlindungan kepada kita, setinggi apapun pendidikan yang kita jalani dan secukup apapun harta yang kita kuasai, semua hanya atas campur tangan dan pertolongan serta kurniaNya semata. Hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR