Renungan tiap tahun (TA 125)
Atas segala do’a Bapak, Ibu, sahabat dan kerabat, berkenaan dengan ulang tahun saya, sekali
lagi, terima kasih. Semoga do’a yang baik untuk saya, diijabah oleh Allah SWT, juga semoga kebaikan selalu menyertai Bapak, Ibu semua. Terima kasih.
Konon, saya tepat berusia 69 tahun. Namun sesungguhnya ulang tahun saya ke 71 adalah tanggal 27 Syawal 1437 H, satu setengah bulan yang lalu, menurut kalender Hijrah. Andai ada kalender desimal, yaitu satu tahun seribu hari, satu bulan seratus hari, kemarin saya baru berusia 25 tahun, 2 bulan dan 3 hari. Masih muda.
Namun apa makna dari usia? Apakah 25 tahun, 69 atau 71 tahun? Menurut dengan sabda Nabi SAW,
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang panjang umurnya, jelek amalnya”. (Hadits riwayat Ahmad dari Abi Bakrah).
Sebuah perjalanan yang tak putus-putusnya nikmat mengalir. Alhamdulillah, saya harus bersyukur, namun juga sekaligus memohon ampun kepada Allah SWT. Tidak akan mampu menghitung nikmat dan karunia yang dilimpahkan Allah dan saya yakin ungkapan syukur saja masih kurang, jauh dari memadai. Astaghfirullah.
Tentu saja, sesuai janji-Nya, Allah juga telah menurunkan cobaan demi cobaan, namun ternyata cobaan itu adalah ujian dan persiapan, karena selalu diiringi nikmat lagi sesudahnya. Sampai kelak musibah terakhir bagi semua insan adalah kematian, namun justru semoga diiringi nikmat yang terbesar, bertemu Rabb yang Maha Agung. Subhaana rabbiyal ‘adzhimi wabi hamdihii.
Sementara ini, jatah umur makin hari makin berkurang, mudah-mudahan masih sempat diisi dengan amalan yang barokah. Mugi sageda migunani tumraping sanes. Aaminn, matur nuwun. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR
Sajian IBO lainnya : Menyuburkan Keimanan
Mengapa Alloh Swt menurunkan syariat utk mendidik manusia sepanjang hayat, yg bersifat harian (yaumiyyah), mingguan (usbu’iyyah), bulanan (syahruyyah), tahunan (amiyyah) dan sekali seumur hidup (marrotan fil’umri)?.
Sehari semalam kita diwajibkan sholat 5 waktu, dlm sepekan diwajibkan sholat jum’at dan dianjurkan puasa senin kamis, dlm sebulan dianjurkan berpuasa pada hari-hari purnama. Begitu pula dlm setahun diwajibkan puasa ramadhan dan disunnahkan sholat Idul Fitri dan Idul Qurban.
Sekali seumur hidup wajib menunaikan ibadah haji ke Baitulloh. Alloh Swt sengaja membuat siklus di mana kita berputar dlm kondisi ibadah secara konstan. Tujuannya agar manusia bisa menyuburkan keimanannya secara berketerusan dan terjaga dari hal-hal yang dilarang.
Dlm rangka menyuburkan keimanan, kita perlu membuat standar ibadah. Dlm sehari-hari, paling tidak ada 7 jenis standar ibadah yi : Pertama, Sholat fardhu di masjid secara berjamaah. Kedua, sholat sunnah rawatib, qobliyah dan ba’diyah sebagaimana Rasul Saw secara berkesinambungan selalu menjalankan sholat sunnah rawatib 12 rakaat.
Ketiga, baca Al Qur’an 1 juz sehari (atau semampunya), sebab hati itu bisa berkarat sebagaimana besi, dan cara menghilangkannya, menurut Rasul Saw dengan membaca Al Qur’an dg menghadirkan hati. Keempat, wirid secara berkesinambungan (mudawamah) dan konsisten (istiqomah). Kelima sholat dhuha. Keenam, sholat tahajud. Ketujuh, bersedekah, walaupun hanya sedikit.
Demi menjaga ritme dan stamina spiritual, ibadah harian rutin perlu dipertahankan dg sikap istiqomah dan membiasakan diri menyediakan waktu khusus utk bermuhasabah. Dlm sepekan siapkan waktu utk bertafakur, menganalisa diri selama sepekan, adakah fikiran dan amalan yg menyimpang, apa saja akhlak negatif yang msh melekat yg sulit ditinggalkan. Kita kontrol keseharian kegiatan, sebagaimana syetan selalu mengintai setiap celah kelemahan manusia.
Jika tergelincir dan melakukan kekhilafan, segera bangkit dg 3 cara ; Pertama, jika terjebak dlm perbuatan fahsya atau dzalim segeralah sadar dan langsung beristighfar (QS Ali Imran 135), jadi mekanisme kesadaran perlu dijaga setiap saat.
Kedua, setiap melakukan kejahatan/keburukan susullah dg kebaikan baru utk menutupinya, karena setiap melakukan kejahatan, maka kejahatan itu akan mengajak saudaranya yg lain, kejahatan itu beranak pinak, jika kaki melangkah ke tempat maksiat, pasti mengajak pelanggaran berikutnya.
Ketiga, berilah sanksi (iqob) thd diri dg amalan baik, seperti infaq dll, pd saat yg sama kita tunjukkan penyesalan di hadapan-Nya bahwa kita tdk akan mengulangi kejahatan yg sama.
Jika sedang semangat melakukan ibadah, lakukanlah ibadah sebanyak mungkin, baik secara kuantitas maupun kualitas, lompat dari yg wajib menuju yg sunnah, jika terjadi stagnasi, futur (malas stlh giat), minimal pertahankan yg fardhu a’in,
Catatan NH pribadi : Kondisi yg terakhir tdk boleh keterusan, tapi lakukan kembali yg sunnah, karena Alloh Swt menyenangi hamba-Nya yg melakukan amalan2 sunnah-nawafil. (Diambil dari artikel “Kiat Menyuburkan Iman kpd Allah Swt” dlm Majalah Hidayatullah edisi Juni 2012; ( Nanang Hidayat; dari grup FB-ILP)-FR