Barter artinya tukar. Jadi barter pertolongan itu artinya tukar menukar pertolongan. Misalnya Si A ditolong menyeberang jalan, atau dipinjami uang B. Di kemudian hari gantian, Si B ditolong menyeberang jalan, atau dipinjami uang oleh Si A.
Apa bisa demikian? Secara “letterlijk” alias harafiah alias sama persis kejadiannya ya tidak bisa, atau bisa namun kemungkinannya kalau dibuat statistik akan sangat kecil sekali. Lha, terus bagaimana? Hidup ini kan bukan matematika. Dalam praktek begini. Contoh nyata saja.
Bu Sabar ortunya jauh di kampung halaman. Jadi bila Bu Sabar ingin membantu ortunya, misalnya menengok dan mengajak mengobrol atau mengantar pergi ke kota / ke pasar, kalau sakit ingin menolong, semua tidak bisa dilakukan. Karena tak bisa menolong ortu yang sudah tua itu langsung, maka Bu Sabar di tempat tinggalnya berusaha menolong orang lain, terutama yang “sepuh” alias tua.
Kadang mengantar atau menjemput kalau pas misalnya mau ke arisan, ke undangan, ke persenaman, ke pengajian, dsb. Kadang memberi makanan, kadang membimbing ketika jalan, saat menyeberang jalan, dst. Orang tua -orang tua itu sangat berterima kasih atas pertolongan Bu Sabar itu.
Alhamdulillah, puji syukur orang tua Bu Sabar di kampung banyak yang menolong. Ada kemenakannya yang sudah janji :” Paman dan Bibi, kalau mau pergi-pergi bilang saja ya, nanti saya antar, atau kalau saya sibuk pakai kendaraan saya saja, tinggal cari sopirnya”.
Kata-kata itu bukan basa-basi, namun diucapkan dengan tulus. Dan benar saja, ketika orang tua Bu Sabar ada kesulitan, misalnya mau mengurus ini dan itu ada saja yang membantu, apakah keluarga sendiri atau orang lain sama sekali.
Begitulah, jika kita ingin membantu seseorang (orang tua, anak, cucu, teman, dsb) sementara dia, jauh dari kita, seyogyanyalah kita bantu orang lain (dengan tenaga, pikiran, harta benda, dsb), makin banyak makin baik. Percayalah orang yang akan kita bantu akan mendapatkan bantuan dari orang lain, sesuai dengan situasi dan keperluannya. (Widartoks 2016; dari grup FB-MKPB Telkom)FR
