Jakarta, Paparan pornografi pada anak, memicu perilaku seks bebas dan berisiko, juga bisa mengubah anak jadi predator seks saat dewasa. Temuan ini terdengar ekstrem, tapi hal ini dikemukakan tim peneliti dari University of Melbourne dari studi terhadap 14 partisipan yang pernah jadi pelaku pelecehan seksual.
12 orang di antaranya mengatakan sering nonton video porno saat remaja, dan 3 orang mengakui jika perilaku abusif mereka meniru dari konten2 itu. “Remaja yang biasa nonton porno menganggap perilaku ini normal, karena tak ada yang mengatakan yang benar dan yang tidak,” jelas ketua tim peneliti, Gemma McKibbin.
McKibbin mengingatkan, jangan sampai anak belajar seks untuk pertama kali dari pornografi, sebab itu akan mempengaruhi cara mereka memandang suatu hubungan. Padahal ‘hubungan’ yang terjalin dalam konten porno biasanya bersifat abusif atau salah satu pihak lebih dominan.
“Mereka belum cukup dewasa untuk memproses apa yang dilihatnya, apalagi tidak ada yang memberikan panduan dengan benar,” lanjutnya seperti dilaporkan Parent Herald.
Psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi mengingatkan sulit untuk membendung paparan konten pornografi pada anak di era digital dewasa ini. Tetapi ada cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal ini, yaitu berpikiran terbuka.
Contohnya saja pada anak-anak remaja akhir, pastinya mereka sudah tahu soal pacaran. Lantas, ketika ia merasa deg-degan saat berhadapan dengan lawan jenis, maka orang tua perlu mendiskusikan hal tersebut dan memberi tahu anak apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.
“Dengan ortu lebih open minded, bukan sekadar larangan pada anak, juga diskusi, yang mesti dilakukan anak. Misal anak bilang mau masturbasi, ortu kaget itu pasti, tapi bisa didiskusikan, masturbasi bisa lho dialihkan caranya begini…………… Bukannya marah dan mengomeli anak,” katanya ke detikHealt. (lll/vit; Rahma Lillahi Sativa; http://health.detik.com/read/2016/12/03/113108/3361693/1301/)-FatchurR
