Sinona mencerdaskan bangsa
KEJAHATAN penjambretan ke pedagang2 yang bawa uang tunai masih terus terjadi. Di Banyumas Jateng, misalnya, akhir September 2016 ada peristiwa penjambretan dengan korban pedagang pasar di eks Pabrik Gula, Kalibagor. Uang tunai Rp50 juta raib direbut penjahat bersepeda motor.
Kejahatan macam itu sebetulnya bisa dicegah jika pedagang mulai meninggalkan uang tunai dan diganti dengan transaksi nontunai (Sinona). Rupiah tak perlu berwujud nyata uang, cukup menggesek kartu saja. Inilah yang kini diterapkan oleh sebagian pedagang di Pasar Manis, Purwokerto.
“Belum terlalu banyak yang memakai, tetapi tiap hari pasti ada yang menggunakan kartu untuk beli di Pasar Manis ini. Kalau di-hitung2, baru 10% yang menggunakan kartu dari seluruh traksaksi” jelas Sutrisno, pedagang tempe di pasar tradisional yang telah direhab modern itu.
Pasar tradisional yang diresmikan Presiden Joko Widodo itu, sejak akhir Oktober 2016 silam telah dicanangkan sebagai pasar yang melayani Sinona.
“Saya tertarik, karena lebih efektif. Sebagai tahap awal, 20 pedagang yang ikut percobaan Sinona. Kami diberi alat transaksi. Sehingga bagi yang punya kartu Sinona, tidak perlu lagi bawa uang tunai, cukup dengan gesek kartu. Saat permulaan menggunakan agak canggung, tapi kini lancar. Saya membayangkan kalau semuanya menggunakan kartu, tentu tidak repot lagi, sebab tidak bawa uang. Lebih aman dari kejahatan dan terhindar dari uang palsu,” tuturnya.
Pedagang lainnya, Kusriyati, mengatakan, jumlah pembeli yang memakai kartu Sinona semakin bertambah jika dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya.
“Kendala selama ini hanya sinyal. Kalau sinyal bagus, transaksi lancar. Namun, perlu dipikirkan juga kartu Sinona lain, karena yang ada di Pasar Manis baru satu jenis kartu Sinona. Sehingga perlu ada tambahan kartu produk bank2 yang telah mengeluarkan kartu Sinona, sehingga bisa seperti di mal2. Seluruh kartu transaksi dapat dilayani” ujarnya. (http://