Kampung Cyber menjadi mendunia
YOGYAKARTA (IndoTelko)-Kampung Cyber makin berkibar sejak kehadiran Mark Elliot Zuckerberg, sang kreator sekaligus pencipta media jejaring sosial FB. Zuckerberg menyempatkan ke kampung yang dikenal sebagai RT 36 ini membuktikan kabar keberadaan kampung cyber ini pada 2014.
Sejarah kampung melek internet ini, Antonius Sasongko (Koko), pendiri dan penggagas kampung cyber ini mengatakan kesulitan utamanya kala itu edukasi. “Menyadarkan masyarakat untuk melek teknologi internet susah,” katanya saat dikunjungi IndoTelko.
Melalui pos ronda malam hari, pelan2 ia mengajak dan menyadarkan masyarakat pentingnya internet. “Kita mulai dari bapak2nya dulu sambil ronda” ceritanya. Bila bapak2nya teredukasi dan sadar, maka diyakini akan menularkan ke anggota keluarga lain.
Swadaya
Perjuangan Koko dan ketua RT 36 berat. Seluruh biaya “mencerdaskan” dan membuka mata warga di kawasan yang berdampingan dengan wisata Taman Sari ini didapat lewat dana swadaya. Koneksi internet yang disediakan Telkom tahun 2008 jadi titik awal hubungan ke dunia luar terbuka.
Meski menurut Koko, tidak ada kerjasama dengan pihak Telkom. “Kami posisinya pelanggan biasa. Sama dengan pelanggan2 lain”. Saat ini layanannya IndiHome dengan tanggungan biaya bersama warga di kawasan itu. “Biaya bulanannya patungan per kepala keluarga (KK). Tiap KK dikenakan Rp. 45 ribu / bulan”. Jumlah KK di RT 36 saat ini 59 KK.
Perluas pasar
Masyarakat di RT 36 kebanyakan wiraswasta lewat pengembangan UKM. Batik jadi sumber penghasilan utama selain industri2 rumahan lain. Kini ada 30 UKM di RT36 ini dan UKM2 itu fokus usaha batik. Jaringan internet membuat inovasi di RT 36 makin menjadi. Lewat pembelajaran situs2 di dunia maya, masyarakat justru membuka industri baru, seperti halnya lukisan di Tshirt.
“Mereka belajar otodidak dari internet,” jelas Koko. Ada 6 titik hotspot (WiFi) yang di gelar di kampung ini. Masyarakat bebas menggunakan jaringan itu untuk mengembangkan usaha. Setelah ada internet, hasil UKM RT 36 tak mengandalkan penjualan manual.
Hampir seluruh warga pemilik UKM menjajakan dagangan lewat toko2 online. Termasuk membangun blog sendiri. “Terjadi peningkatan penjualan dan perluasan pasar hasil kerajinan di sini,’ kata Koko. Selain memanfaatkan internet untuk UKM nya, masyarakat di kampung cyber meninggalkan media cetak koran atau majalah.
“Mereka baca berita lewat situs berita di internet”. Dan kampung cyber makin berkibar meski harus menutup biaya pembangunan dan langganan koneksi internet yang didapat dari hasil patungan warga”. (sg; http://m.indotelko.com/kanal_lipsus?di=1&c=lip&it=kampung-cyber-mendunia)-FatchurR