Selamat datang di zaman kesalehan-dan di zaman kearifan
Sahabatku, Tanpa terasa, kini kita berada di awal 2017. Pergantian tahun hakikatnya momentum untuk melakukan perubahan. Merefleksi diri menyongsong Tahun 2017 dengan mengevaluasi pada yang telah kita alami setahun dan membuat rencana2 apa yang akan kita lakukan setahun ke depan.
Rasanya jadi penting untuk dilakukan. Itupun jika kita punya visi dan sanggup menerjemahkan dengan kerja keras, cerdas dan ikhlas. Mengapa kita harus memiliki visi? Ada orang buta bertanya ke orang bijak. Apa ada yang lebih buruk dari kehilangan penglihatan mata seperti saya? Orang itu menjawab, ya ada, yaitu orang yang telah kehilangan visinya! Apa hikmah yang bisa kita petik?
Sahabatku,
Jika apa yang kita kehendaki cepat bisa kita miliki, dari mana kita bisa belajar tentang ikhlas. Jika semua yang kita impikan bisa segera terwujud, dari mana kita bisa belajar sabar. Jika tiap doa yang kita panjatkan ke Allah langsung dikabulkan, bagaimana kita bisa belajar arti ikhtiar.
Keikhlasan dan semangat dalam berikhtiar adalah energi tertinggi yang akan memotivasi diri untuk bersinergi dengan rasa syukur dan kesabaran, sehingga melahirkan rasa bahagia. Keikhlasan, kesabaran dan rasa syukur inilah yang akan memunculkan banyak keajaiban.
Sahabatku,
Belajar dari kehidupan orang2 yang membuktikan kita tidak tersandung karena batu besar, justru orang sering terkilir karena menginjak batu kerikil. Dengan merefleksi diri, kita tersenyum melihat catatan2 masa lalu. Sesekali, pejamkan mata Anda, karena ketika mata terpejam, hati Anda melihat, dan apa yang Anda dapatkan hanya sebesar apa yang Anda yakini.
Bagaikan melihat album kenangan, maka tanpa kita sadari banyak hal lucu yang membuat kita senyum. Bayangkan, tahun 2016 yang kita tinggalkan ini penuh dengan keanehan. Banyak orang yang punya istri satu, ingin punya dua. Sudah punya dua ingin punya tiga. Sudah punya tiga masih selingkuh juga.
Ada yang sudah berada di puncak gunung, malah pantai dirindukan. Tiba dipantai, gunung diinginkan. Saat kemarau, hujan dirindukan. Diberi hujan terus menerus, kemarau ditanyakan. Ada lagi yang sudah dapat ketenangan, keramaian yang dicari. Begitu keramaian ditemukan, ketenangan dirindukan lagi.
Kalau yang belum ada selalu kau pikirkan, sedang yang sudah Allah berikan malah kau abaikan, jadi kapankah kebahagiaan akan kau dapatkan? Ternyata, sesuatu tampak indah dan menarik, hanya karena belum pernah kita miliki.
Sahabatku,
Kini zaman berubah. Di negeri ini, makin banyak orang baik tak berakal. Ada orang yang berakal tapi tak beriman. Ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian. Ada juga orang beragama tapi tak berakhlak. Ada yang berakhlak tapi tak bertuhan.
Ada yang ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis. Ada ahli maksiat namun terlihat rendah hati bagaikan seorang sufi. Ada yang punya ilmu tapi selalu gagal paham. Ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi senang membodohi orang. Ada yang bodoh tapi tak tahu diri.
Ada yang senang bersuka ria hingga hatinya berkarat. Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat. Ada yang murah senyum namun hatinya mengumpat. Ada yang senang berkata bijak tapi tak memberi teladan. Ada pezina yang tampil menjadi figur. Lalu, di antara semua itu, di manakah kita berada?
Sahabatku,
Pertanda banyaknya kemungkaran di negeri ini, mudah sekali kita temui. Tanda2nya antara lain: Nasihat sudah tidak lagi berharga, melihat orang jujur malah sinis tertawa; Yang jujur nasibnya tersendat sedangkan yang jahat gampang naik pangkat;
Yang curang bertambah garang, yang jujur semakin hancur; Kalau jujur tidak kebagian, lebih baik menipu kawan; Yang lugu dibelenggu, yang mulia dipenjara, yang durhaka semakin bersuka ria; Janji tak lagi ditepati, banyak yang melanggar sumpahnya sendiri.
Orang jahat dihormati, berlaku suci malah dibenci; Yang benar disalahkan, yang salah dibenarkan; Perilaku makin ganjil, yang berhati mulia makin terpencil; Yang bathil dikatakan hak dan yang hak dikatakan bathil; Sang penghianat dipercaya, yang dipercaya malah berdusta; Senang melihat orang lain susah dan merasa susah kalau melihat orang lain senang.
Ajaran agama banyak ditentang dan rasa kemanusiaan semakin hilang; Yang haram dihalalkan dan yang halal diharamkan; Tempat suci banyak dibenci, tempat maksiat banyak diminati. Namun, semua itu masih beruntung bagi orang-orang yang beriman dan tetap tawakal dalam menghadapi setiap ujian. Kewajiban mencegah kemunkaran hukumnya wajib bagi orang yang beriman.
Sahabatku,
Ketika kita merasa lelah, artinya kita sedang belajar tentang kesungguhan dan keteguhan. Ketika kita mau melakukan evaluasi diri, kita akan menyadari bahwa tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan.
Ternyata, waktu itu seperti sungai. Kita tidak bisa lagi menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, karena air yang telah mengalir akan terus berlalu …. dan tidak akan pernah kembali.
Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik. Bagaimanapun masa lalunya dahulu, sekelam apapun lingkungannya dulu, dan seburuk apapun perangainya di masa lampau. Berilah kesempatan pada diri kita untuk mau berubah.
Jangan melihat seseorang dari masa lalunya, tapi lihatlah prospek masa depannya. Untuk jadi hebat …. yang diperlukan adalah kuatnya tekad dan semangat. Berubah dan bangkit, itu jauh lebih baik daripada diam dan hanya bermimpi tanpa melakukan tindakan apapun.
Selamat datang di Zaman Kesalehan, dan Selamat datang di Zaman Kearifan. Mari kita sambut datangnya fajar di Tahun Baru 2017 ini dengan semangat baru, dan banyak bersyukur. Semakin banyak bersyukur, semakin banyak nikmat yang akan kita dapatkan. Tersenyumlah, dengan senyum Anda akan merasa lebih sehat dan bahagia. Wassalam, (Muchtar A.F)
Selamat menikmati alunan musik “Simfoni Kehidupan” dan “Breaking The Habits”:
Klik saja di: https://www.youtube.com/watch?v=ZmXh4cvnueA dan https://www.youtube.com/watch?v=kT3pxBIMwQk
Kegiatan kami dapat dilihat di: www.startc.co dan www.muchtar-af.blogspot.com ; FB & Youtube: Muchtar A.F. ; WA: 0811.204.888 ; Terimakasih atas perhatian Anda. (MAF)-FR